JAKARTA, 29 Juni 2016 /PRNewswire/ -- The Habibie Center (THC) bekerja sama dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia serta Yayasan World Islamic Economic Forum (WIEF) menyelenggarakan diskusi publik yang bertemakan "Seizing the Benefits of Disruptive Technology for Manufacturers in Increasing Labor Productivity" hari ini di THC, Jakarta. Diskusi publik ini adalah bagian dari rangkaian acara WIEF ke-12 yang akan berujung pada acara utama pada 2-4 Agustus 2016 mendatang di Jakarta.
Berbicara pada acara ini, Peneliti Senior Bidang Ekonomi LIPI Dr. Zamroni Salim mengatakan, "teknologi disrupsi tidak selalu bertentangan dengan kegiatan operasional konvensional yang menggunakan tenaga kerja besar-besaran. Pada operasional manufaktur misalnya, big data dan Internet of Things justru dapat membantu menganalisa operasional secara rinci, seperti real time data dari pemasok, sampai ke tingkat hilir seperti permintaan pelanggan."
Teknologi disrupsi dapat menjadi alternatif bagi Indonesia dan Negara ASEAN lainnya untuk memperbesar margin keuntungan dan memperkecil biaya operasional, serta berpotensi untuk menghasilkan US$25 - US$45 milyar bagi dampak ekonomi tahunan ASEAN pada tahun 2030. Hal ini juga sejalan dengan Rencana Induk Pengembangan Industri Indonesia (RIPIN) pada 2015-2035 yang menargetkan kontribusi sebanyak 30% dari industri non-minyak dan gas pada 2020.
Pengembangan teknologi disrupsi dan inovasi masih terkonsentrasi di negara-negara dengan komitmen yang tinggi dan tempat berkumpulnya para ahli dalam penelitian dan pengembangan, seperti Cina, Jepang, India, dan Korea Selatan. Namun demikian, negara-negara ASEAN memiliki kesempatan untuk menarik lebih banyak produsen global yang melek-harga dan terlibat lebih banyak dalam rantai pasokan global. Salah satu alasannya adalah meningkatnya PDB per kapita Cina dan pergeseran dari export-driven ke consumption-driven yang menyebabkan upah pekerja Cina meningkat.
Di Indonesia, dimana sebagian besar dari tenaga kerja dipekerjakan oleh UKM; disrupsi digital akan membuka kesempatan bagi UKM. Oleh karenanya, UKM Indonesia harus memahami bahwa sekecil apapun skala bisnis mereka, usaha maupun pelanggan mereka sangat mungkin menjadi global. Kesempatan itu bisa didapat melalui kegiatan networking untuk B2B, seperti WIEF ke-12 yang akan mewadahi B2B untuk bersinergi. Tahun ini, WIEF mengambil tema "Decentralizing Growth, Empowering Future Business".
-- SELESAI --
Tentang WIEF
WIEF Foundation merupakan lembaga nirlaba yang berbasis di Kuala Lumpur, yang setiap tahunnya menyelenggarakan WIEF, wadah bisnis kelas dunia yang memberikan kesempatan bisnis di dunia muslim, serta melaksanakan berbagai program yang bertujuan untuk menguatkan kerja sama dan pertukaran pengetahuan antara Komunitas Muslim dan Non-Muslim. Informasi lebih lanjut: http://wief.org/forum/12/
Kontak media