JAKARTA, Indonesia, 22 Juni 2017 /PRNewswire/ -- Mia Oenoto asal Jakarta, Indonesia, tengah menempuh studi untuk gelar BSc Environmental Science (Ilmu Lingkungan Hidup) di Xi'an Jiaotong-Liverpool University, Suzhou, Tiongkok.
"Bidang itu termasuk kajian interdisipliner," katanya, "Saya perlu belajar mengenai ilmu hukum, hubungan internasional dan sains. Pengalaman yang menantang, tapi saya sangat menikmatinya."
Mia mengikuti sekolah menengah atas di Jakarta, ibukota Indonesia dan termasuk kota dengan yang sangat padat penduduk. Awalnya dia berencana mengikuti studi ilmu hukum atau kedokteran di universitas, namun tertarik dengan ilmu lingkungan hidup karena pengaruh dari ibunya.
"Saya belajar tentang keuangan dan akuntansi ketika menempuh pendidikan S1," ujar Mia, "Saya kira, jika ilmu lingkungan hidup tersedia sebagai sebuah program studi saat mengikuti pendidikan sarjana, dia mungkin akan mengambilnya."
Ibu Mia bekerja sebagai akuntan. Serupa dengan Mia, dia juga mencintai kehidupan di alam terbuka dan memperhatikan isu-isu lingkungan hidup. Dia lantas memberikan buku-buku karangan Al Gore tentang perubahan iklim sewaktu Mia masih remaja.
"Dia meminta saya membaca buku-buku itu agar kemampuan berbahasa Inggris saya meningkat," kata Mia, "Saya rasa, alasan utamanya adalah meningkatkan kesadaran saya akan pemanasan global. Ibu mendorong saya untuk berpikir mengenai masa depan dan bagaimana saya bisa bersumbangsih, jadi tak hanya menemukan pekerjaan serta menghasilkan uang."
Pada 2015, Mia mewakili XJTLU dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubhana Iklim di Paris, Perancis, wadah berkumpulnya berbagai delegasi dari 90 negara untuk membahas upaya penurunan emisi gas rumah kaca (greenhouse gas) yang mengotori udara serta menimbulkan pemanasan global. Dia juga menyampaikan Deklarasi Pemuda untuk Iklim (Youth Climate Declaration) dalam ajang internasional Konferensi Pemuda (Conference of Youth) yang diadakan sebelum konferensi utama berlangsung.
Ibu Mia menjadi orang pertama yang memberikan brosur dari XJTLU. Mia kemudian membaca brosur itu dan menemukan berbagai modul yang kelak dipelajari sebagai bagian dari BSc Environmental Science.
"Kami tidak hanya membaca artikel-artikel dari Jurnal," jelas Mia. "Kami membaca berbagai dokumen sungguhan yang menjadi dasar perjanjian antara negara-negara untuk mencegah perubahan iklim."
"Pihak fakultas menggunakan banyak cara pandang berbeda dan bekerja sama dengan fakultas lain termasuk Biological Sciences serta Business School," dia melanjutkan, "Kami memiliki sejumlah dosen tamu dari ilmuwan Perencanaan Tata Kota (Urban Planning) serta Desain dan Arsitektur."
Berdiri pada 2006, Xi'an Jiaotong-Liverpool University merupakan universitas patungan (joint venture) internasional yang terbesar di Tiongkok, kerja sama yang melibatkan Xi'an Jiaotong University dan University of Liverpool.