omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ko_KR ms_MY th_TH vi_VN

"Pendekatan Baru": Cara Tiongkok menjaga daya tahan ekonomi, menggerakkan pemulihan

2022-12-20 18:53

BEIJING, 20 Desember 2022 /PRNewswire/ -- Beberapa media menuding pengendalian Covid-19 yang dijalankan Tiongkok telah menghambat perekonomian negara.

Selama tiga tahun mengatasi epidemi, laju pertumbuhan ekonomi Tiongkok sempat melambat dibandingkan periode sebelumnya. Meski demikian, laju pertumbuhan Tiongkok masih berada di atas perekonomian besar lainnya.

Kendati ekonom meramalkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 3,3% tahun ini, perekonomian Tiongkok akan mencapai tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 4,5% dari 2020-2022, mengungguli seluruh perekonomian besar lain di dunia pada periode serupa.

Sepanjang 2020, penanganan Covid-19 tahap dini yang dijalankan Tiongkok turut memulihkan kapasitas produksi. Hasilnya, Tiongkok menjadi satu-satunya perekonomian besar yang mencatat pertumbuhan positif. Terlepas dari ketatnya kebijakan pengendalian Covid-19 yang sempat menghambat aktivitas konsumsi dan sektor jasa di beberapa kota selama dua tahun berikutnya, kegiatan produksi dan ekspor di Tiongkok tetap terjaga.

"Ketergantungan dunia terhadap aktivitas produksi Tiongkok semakin meningkat. Investasi asing di Tiongkok pun lumayan aktif meski pandemi Covid mencapai puncaknya," jelas Wang Dan, Kepala Ekonom Hang Seng Bank China, kepada CGTN.

Menjaga tingkat harga tetap moderat

Guna mengatasi imbas Covid-19 pada ekonomi pada tahap dini, sebagian besar perekonomian besar menyuntikkan banyak likuiditas ke pasar.

"Amerika Serikat dan Eropa sangat gemar menyalurkan bantuan tunai untuk rumah tangga sebagai dukungan penting yang mengatasi imbas pandemi pada keluarga rentan. Namun, hal ini juga menjadi penyebab utama lonjakan inflasi," papar Wang.

Pada awal tahun ini, Amerika Serikat dan negara-negara besar di Eropa mengalami lonjakan inflasi tertinggi dalam puluhan tahun. Maka, bank sentral di negara-negara ini harus meningkatkan suku bunga di atas kecepatan normal demi meredam lonjakan harga. Di tengah inflasi yang parah, konsumen pun mengetatkan anggaran belanja, menurut sebuah media lokal.

Sebaliknya, ekspansi moneter Tiongkok tetap terjaga pada level moderat dalam penanganan pandemi, serta berfokus membantu pelaku usaha agar dapat terus menyediakan lapangan pekerjaan dan penghasilan yang stabil bagi keluarga.

Tiongkok berhasil melakukan "pekerjaan yang baik" dalam menstabilisasi tingkat harga tahun ini. Langkah tersebut tecermin dari fleksibilitas dan akurasi kebijakan pengendalian makroekonomi negara ini, seperti disampaikan Dong Yu, Executive Vice-President, China Institute for Development Planning, Tsinghua University.

"Bersakit-sakit dahulu sebelum pulih"

Baru-baru ini, Tiongkok merilis 10 kebijakan baru yang semakin mengoptimalkan tindak pencegahan dan pengendalian Covid-19, serta menjadi bagian dari upaya Tiongkok dalam menyeimbangkan pengendalian epidemi dengan pembangunan ekonomi dan sosial.

Tiongkok telah mencabut pembatasan perjalanan dan tidak lagi mewajibkan pemeriksaan PCR dengan hasil negatif, serta kode kesehatan, kecuali di lokasi-lokasi khusus.

Kebijakan baru tersebut akan ikut memulihkan sektor jasa, namun kinerja ekonomi akan "bersakit-sakit dahulu sebelum pulih", kata Wang.

Di tengah kasus penularan, beberapa orang memilih tinggal di rumah dan menghindari kerumunan, serta tertular virus penyakit. Sikap ini tecermin dari pemulihan tingkat mobilitas dan aktivitas bisnis secara terbatas.

Kebijakan baru ini akan menjadi landasan pemulihan secara menyeluruh, seperti dijelaskan Wang. Dia juga menambahkan, pemulihan ekonomi akan berjalan kian cepat sepanjang 2023, dan pulihnya tingkat konsumsi menjadi unsur penggerak utama di balik permintaan domestik. "Kami memperkirakan, level belanja ritel akan kembali ke angka pada 2019 pada akhir 2023, serta secara bertahap mengarah ke tren historis setelah 2024."

Ajang tahunan Central Economic Work Conference Tiongkok berlangsung di Beijing, Kamis-Jumat lalu, dan bertekad meningkatkan permintaan domestik pada tahun depan dengan memprioritaskan pemulihan dan ekspansi aktivitas konsumsi.

Kalangan ekonom memproyeksikan, pertumbuhan PDB Tiongkok akan mencapai sekitar 5% pada 2023, sedangkan, Amerika Serikat dan Eropa masing-masing meningkat sekitar 1% dan menurun 0,2%.

https://news.cgtn.com/news/2022-12-17/-New-Approaches-How-China-has-picked-up-economic-recovery-1fQj4Bh90OY/index.html

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami