omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ms_MY th_TH vi_VN

Model bisnis inklusif, kunci tingkatkan pertumbuhan ekonomi ASEAN

2017-08-28 18:26

MANILA, Filipina, 28 Agustus 2017 /PRNewswire/ -- Semakin banyak bisnis di ASEAN yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dengan memberikan peluang meraih pendapatan, serta menyediakan berbagai produk dan layanan yang relevan serta terjangkau untuk komunitas berpenghasilan rendah. Berbagai tipe bisnis ini, disebut bisnis inklusif (IB), melampaui konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tradisional. IB melibatkan kaum miskin dalam bisnis inti sebagai pemasok, distributor, konsumen dan pengecer. Saat ini ada 332 juta penduduk ASEAN hidup dalam kemiskinan dan perusahaan IB memiliki kesempatan untuk menjangkau kebanyakan dari mereka. 

"Bisnis inklusif membantu menciptakan lapangan kerja demi memperbaiki kualitas hidup, khususnya bagi komunitas berpenghasilan rendah. Hal ini membantu kami mewujudkan Visi ASEAN 2025, yakni membangun ASEAN yang people-centered dan people-oriented," kata Ceferino Rodolfo, Managing Head, Philippine Trade Undersecretary and Board of Investments (BOI).

Jumlah perusahaan IB sekarang kurang dari satu persen dari seluruh perusahaan yang terdaftar di luar sektor informal di ASEAN. Namun, jumlah perusahaan IB terus meningkat dengan cepat dan menarik minat hampir 60 persen dari impact investors di Asia Tenggara. Berbagai perusahaan ini telah menghasilkan dampak sosial yang positif bagi jutaan orang di berbagai sektor seperti kesehatan, air, energi, dan perumahan.

Skala dan model dampak terbesar di ASEAN ditemukan di sektor agribisnis. Urmatt Group dari Thailand, misalnya, melibatkan 3.000 lebih petani rumahan dalam memproduksi beras organik, chia dan produk berbahan kelapa. Kennemer Foods International (KFI) dari Filipina melengkapi 10.000 petani coklat dengan bahan tanam berkualitas tinggi, berbagai pelatihan, dan teknologi pertanian.

Kebanyakan model IB di ASEAN dimplementasikan oleh perusahaan berskala menengah hingga besar. Meski demikian, model tersebut juga bisa muncul dari program CSR dan perusahaan sosial (SE), yakni bisnis yang membutuhkan suntikan modal untuk dapat tumbuh dan menghadirkan dampak sosial dalam skala yang lebih kecil.

Thailand, Indonesia, dan Malaysia memiliki hukum yang kuat tentang SCR serta berbagai persyaratan terkait kinerja Environmental, Social and Governance (ESG), sehingga potensial menjadi model dan batu pijakan bagi kebijakan IB. Vietnam juga memberlakukan berbagai kebijakan dan program bagi usaha kecil dan menengah, yang dapat dikaitkan dengan model dan praktik IB. Baik Singapura maupun Thailand aktif mendukung perusahaan sosial yang nantinya dapat ditingkatkan menjadi perusahaan IB.

Menurut Rodolfo, meningkatkan akses ke informasi yang relevan dan sumber daya keuangan, serta menyediakan insentif keuangan, merupakan langkah selanjutnya yang bisa ditempuh oleh negara anggota ASEAN demi menciptakan iklim ekonomi yang mendorong investasi IB.

Kontak bagi Media

Anthony Quijano 
Media Relations Manager 
TeamAsia 
+63 917 824 9109

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami