omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID

Accenture Technology Vision 2019: Menguak Peluang dan Tantangan Bisnis di Era Pasca-Digital

2019-02-21 18:21

Era Pasca-Digital dengan lima tren teknologi baru sudah di depan mata, apakah kita siap untuk tantangan berikutnya?

JAKARTA, Indonesia, 21 Februari 2019 /PRNewswire/ -- Implementasi digital dianggap telah memberikan dampak kemajuan bisnis yang signifikan. Namun, dalam beberapa tahun ke depan, adopsi digital tidak lagi menjadi sebuah pembeda yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan pun dihadapkan pada tantangan baru yang disebut era Pasca-Digital.

Menurut laporan Accenture Technology Vision 2019 yang bertajuk "Era Pasca-Digital Sudah Di Depan Mata – Apakah Anda Siap untuk Selanjutnya?", bisnis saat ini berada pada titik balik. Teknologi digital memungkinkan perusahaan untuk memahami pelanggan mereka dengan kedalaman granularitas baru; memberi mereka lebih banyak saluran untuk menjangkau konsumen tersebut; dan memungkinkan mereka untuk memperluas ekosistem dengan mitra potensial baru. Tetapi, adopsi digital tidak lagi menjadi keunggulan pembeda, namun hanya pintu masuk saja.

Laporan tersebut memaparkan lima tren teknologi yang akan mendefinisikan kembali kebutuhan bisnis selama tiga tahun ke depan. Kelima tren teknologi terbaru ini harus dijadikan acuan bagi kalangan usaha agar tidak kalah cepat dalam menentukan strategi bisnisnya di era Pasca-Digital.

"Saat ini, para usaha membuat kemajuan yang signifikan dalam perjalanan digital mereka, sementara teknologi baru dengan sangat cepat mengembangkan ekspektasi dan perilaku masyarakat. Keberhasilan dalam dunia pasca-digital yang sedang berkembang ini didasarkan pada kemampuan organisasi untuk memberikan personalisasi realitas bagi pelanggan, karyawan, dan mitra bisnis. Di Indonesia, berbagai organisasi secara bersamaan memprioritaskan pendekatan dalam hal penyesuaian dan memenuhi permintaan pelanggan untuk menjual produk dan servisnya" papar Leonard Nugroho, Managing Director, Technology Consulting Lead, Accenture di Indonesia, di Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Faktanya, hampir empat dari lima (79%) atau lebih dari 6.600 eksekutif bisnis dan TI di seluruh dunia - juga 80% dari 60 responden di Indonesia, percaya bahwa teknologi digital - khususnya jejaring sosial, seluler, analitik, dan cloud-telah bergerak melampaui silo adopsi untuk menjadi bagian dari landasan teknologi inti untuk organisasi mereka. 

"Dunia pasca-digital tidak berarti bahwa era digital sudah berakhir," kata Indra Permana, Managing Director, Technology, Accenture di Indonesia. "Sebaliknya, kami mengajukan pertanyaan baru: Karena semua organisasi mengembangkan kompetensi digital mereka, apa yang akan membedakan perusahaan Anda? Di era ini, migrasi ke digital saja tidak cukup. Visi Teknologi kami menyoroti cara di mana organisasi harus menggunakan teknologi baru yang mendorong untuk berinovasi dalam model bisnis mereka dan mempersonalisasikan pengalaman bagi pelanggan mereka. Mengikuti tren ini, ternyata 65% jajaran eksekutif di Indonesia sekarang ini melakukan eksperimen dengan satu atau lebih dari teknologi DARQ."

Ada lima tren teknologi yang harus diatasi perusahaan jika ingin berhasil dalam lanskap bisnis yang berkembang pesat saat ini:

  • DARQ Power: Memahami DNA DARQ. Distributed ledger, artificial intelligence, extended reality, dan quantum computing (DARQ) akan menjadi rangkaian teknologi baru berikutnya untuk memicu perubahan langkah, memberikan kesempatan bagi bisnis-bisnis untuk menata ulang seluruh industry.
    Dari 89% eksekutif yang disurvei sudah mulai bereksperimen dengan satu atau lebih teknologi DARQ. Namun di Indonesia baru 43% saja. DARQ sendiri merupakan katalisator untuk perubahan, menawarkan kemampuan baru yang luar biasa dan memungkinkan bisnis untuk menata kembali seluruh industri. Ketika para eksekutif ini dimintai pendapatnya tentang urutan teratas teknologi DARQ yang harus diadopsi dan memiliki dampak terbesar pada organisasi mereka selama tiga tahun ke depan, 41% menunjuk AI lebih dari dua kali lipat dibandingkan jumlah teknologi DARQ lainnya.
  • Get to Know Me: Membuka keunikan para konsumen dan beragam peluang. Interaksi yang didorong oleh teknologi menciptakan identitas teknologi untuk setiap konsumen, sebagai kunci untuk memahami generasi konsumen berikutnya, dan menghasilkan hubungan yang bersifat individual dan didasarkan pada pengalaman. Empat dari lima eksekutif (83%) setuju bahwa demografi digital memberi organisasi mereka cara baru untuk mengidentifikasi peluang pasar untuk kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi. Di Indonesia mencapai 97% dari eksekutif yang disurvei.
  • Human+ Worker: Mengubah tempat kerja atau menghambat tenaga kerja. Tenaga kerja semakin menjadi Manusia+: setiap pekerja diberdayakan oleh keterampilan dan pengetahuan mereka, dan dilengkapi dengan serangkaian kemampuan berbasis teknologi. Saat ini, perusahaan harus mengadposi strategi teknologi untuk mendukung cara kerja baru di era pasca-digital. Dari hasil survei, ada 71% eksekutif global dan 50% di Indonesia yang setuju bahwa karyawan mereka lebih matang secara digital daripada organisasi mereka, sehingga tenaga kerja harus "menunggu" organisasi mengejar ketertinggalan. Namun yang masih ragu di Indonesia mencapai 30%.
  • Secure Us to Secure Me: Perusahaan bukan korban, mereka adalah vektor. Jejaring ekosistem bisnis meningkatkan paparan perusahaan terhadap risiko. Para pemimpin menyadari bahwa sewaktu mereka berkolaborasi dengan seluruh ekosistem untuk memberikan produk, layanan, dan pengalaman yang terbaik di kelasnya, keamanan juga harus termasuk dalam upaya tersebut. Hanya 29%  yang melaporkan bahwa mereka tahu bahwa mitra ekosistemnya bekerja dengan rajin, seperti mereka, agar memiliki kepatuhan dan ketangguhan berkenaan dengan keamanan. Namun di Indonesia hanya 7%, tetapi tingkat kepercayaannya mencapai 82%.
  • MyMarkets: Memenuhi kebutuhan konsumen dengan kecepatan yang sangat tinggi. Teknologi membuat dunia memiliki berbagai pengalaman yang serba dikustomisasi dan sesuai permintaan. Maka perusahaan harus merekayasa ulang organisasi mereka untuk menemukan dan menangkap peluang-peluang tersebut. Sebanyak 85% setuju bahwa integrasi kustomisasi dan penyerahan yang bersifat real/near time merupakan gelombang besar berikutnya dalam hal keunggulan kompetitif. Di Indonesia kurang lebih sama.

Menurut laporan Accenture, inovasi untuk organisasi di era pasca-digital ini melibatkan keingintahuan tentang bagaimana dunia di sekitar orang terbentuk dan pemilihan waktu yang tepat untuk menawarkan produk dan layanan mereka. Perusahaan mengambil langkah pertama mereka di dunia yang menyesuaikan diri agar sesuai setiap saat-di mana produk, layanan dan bahkan lingkungan orang disesuaikan, sementara bisnis melayani individu dalam setiap aspek kehidupan dan pekerjaan, membentuk realitas mereka.

Salah satu perusahaan yang membawa personalisasi dan penyesuaian ke tingkatan baru adalah Zozotown, e-commerce terbesar di Jepang. Zozosuits spandex skintight yang berpasangan dengan aplikasi Zozotown, dapat mengambil pengukuran tepat bagi pelanggan; jahitan yang dirancang khusus dari lini pakaian in-house perusahaan ini bisa tiba dalam 10 hari. Dan itu bukan hanya di industri mode saja dimana teknologi memungkinkan penyesuaian yang sebelumnya tidak mungkin. Retailer A.S Sam's Club mengembangkan sebuah aplikasi yang menggunakan teknologi pembelajaran mesin dan data tentang pembelian di masa lalu pelanggan untuk secara otomatis mengisi daftar belanja mereka; perusahaan berencana untuk menambahkan fitur navigasi untuk menunjukkan rute yang dioptimalkan melalui toko ke setiap produk pada daftar itu.

Laporan Accenture juga mencatat bahwa perusahaan-perusahaan yang masih menyelesaikan transformasi digital mereka sedang mencari keunggulan spesifik, apakah itu layanan inovatif, efisiensi yang lebih tinggi, atau lebih banyak personalisasi. Tetapi perusahaan-perusahaan di era pasca-digital ini berusaha melampaui persaingan dengan menggabungkan kekuatan-kekuatan ini untuk mengubah cara pasar itu sendiri bekerja-dari satu pasar ke banyak pasar khusus- sesuai permintaan dan pada saat ini, seperti halnya yang dilakukan oleh platform e-retail JD.com asal Cina dengan platform "Toplife".

Layanan ini membantu pihak ketiga menjual produknya melalui JD dengan mendirikan toko khusus, menyediakan akses ke rantai pasokannya dengan teknologi robotika mutakhir dan pengiriman melalui drone. Dalam kemitraan dengan Walmart, toko fisik mereka di Shenzhen akan menawarkan lebih dari 8.000 produk yang tersedia secara langsung atau dikirim dari toko dalam waktu kurang dari 30 menit. Dengan menawarkan kustomisasi dan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, JD memberdayakan perusahaan lain sambil menciptakan pasar baru untuk dirinya sendiri.

Selama hampir dua dekade, Accenture telah mengambil pandangan sistematis di seluruh lanskap perusahaan untuk mengidentifikasi tren teknologi yang muncul dan  memiliki potensi terbesar yang bisa mengguncang bisnis dan industri.

Untuk informasi lebih lanjut tentang laporan tahun ini, kunjungi www.accenture.com/technologyvision atau ikuti percakapannya di Twitter dengan tagar #TechVision2019.

Tentang Metodologi
Laporan Accenture Technology Vision merupakan penelitian tahunan yang dikembangkan oleh Accenture Labs dan Accenture Research. Untuk laporan tahun 2018, proses penelitian mencakup pengumpulan masukan dari Dewan Penasihat Eksternal Technology Vision, sebuah kelompok yang terdiri dari lebih dari dua puluh empat individu berpengalaman di sektor publik dan swasta, akademisi, perusahaan modal ventura dan perusahaan kewirausahaan. Selain itu, tim Technology Vision melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh teknologi dan pakar industri, serta hampir 100 pemimpin bisnis Accenture. Di samping itu, Accenture Research melakukan survei global secara online terhadap lebih dari 6,300 eksekutif bisnis dan teknologi informasi di 25 negara dan 18 industri dan mendapatkan masukan terkait penerapan teknologi baru. Survei tersebut telah membantu mengidentifikasi isu-isu utama serta langkah-langkah yang harus diprioritaskan untuk penerapan inovasi dan teknologi. Mayoritas responden merupakan eksekutif dan direktur C-level, dan beberapa pemimpin lini bisnis, yang bekerja di perusahaan dengan pendapatan tahunan sekitar US$ 500 juta, dengan sebagian besar perusahaan memiliki pendapatan tahunan lebih besar dari US$ 6 miliar.

Mengenai Accenture
Accenture adalah perusahaan layanan profesional global terkemuka, yang menyediakan berbagai layanan dan solusi strategi, konsultasi, digital, teknologi dan operasi bisnis. Dengan menggabungkan pengalaman dan keterampilan khusus di lebih dari 40 industri dan semua fungsi bisnis – yang didukung oleh jaringan penyampaian terbesar di dunia – Accenture bekerja di titik pertemuan bisnis dan teknologi untuk membantu para klien meningkatkan kinerja mereka dan menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan. Dengan lebih dari 469.000 personil yang melayani klien-klien di lebih dari 120 negara, Accenture memberikan inovasi untuk hidup dan bekerja. Kunjungi situs web kami di www.accenture.com.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:

Accenture Indonesia
Nia Sarinastiti
Marketing & Communication Director 
Wisma 46 - Kota BNI - Lantai 18
Jl. Jend. Sudirman Kav.1, Jakarta 10220 Tel : +6221 574 6575
Email: nia.sarinastiti@accenture.com

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami