omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US zh_TW zh_CN id_ID ja ko_KR th_TH

Para perwakilan National Geographic Society, Campaign for Nature bergabung dengan sejumlah negara di Kanada demi mendorong agenda global yang ambisius untuk alam

2019-04-26 02:48

Koalisi ilmuwan, pemimpin pemerintahan, LSM, perusahaan dan dermawan yang kian bertambah jumlahnya, mendesak berbagai negara agar melindungi paling sedikit 30 persen dari bumi pada 2030

MONTREAL, 26 April 2019 /PRNewswire/ -- Hanya kurang dari 18 bulan sebelum tokoh-tokoh dunia bertemu di Tiongkok guna menyelesaikan sebuah perjanjian untuk menanggulangi kerugian dalam keanekaragaman hayati, mengurangi laju kepunahan satwa liar yang tercepat dalam sejarah, memitigasi dampak perubahan iklim, dan melindungi sejumlah habitat liar yang terakhir di bumi. Bersamaan dengan hal tersebut, berbagai lembaga pemerintah serta nonpemerintah dari selusin lebih negara, pada hari ini dan besok bersatu di Montreal demi mendorong kesepakatan global yang ambisius untuk alam.

Ice floes near Baffin Island, Canada. Photograph by Manu San Félix.
Ice floes near Baffin Island, Canada. Photograph by Manu San Félix.

Digelar oleh pemerintah Kanada, ajang Nature Champions Summit segera melakukan persiapan untuk Oktober 2020, ketika berbagai pembuat kebijakan bertemu di Kunming, Tiongkok, di acara Convention on Biological Diversity Conference of Parties untuk menetapkan kebijakan keanekaragaman hayati untuk dekade berikutnya. Pertemuan ini dimulai sehari setelah Agence France-Presse (AFP) melaporkan kajian definitif tentang kondisi keanekaragaman hayati, segera diterbitkan oleh Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES). Kajian ini menemukan fakta bahwa kerugian alam dan krisis akibat kepunahan satwa liar yang terus berlanjut, ternyata lebih parah ketimbang yang sebelumnya diketahui.

"Komunitas ilmiah bersikap jelas untuk hal ini: negara-negara harus segera mempercepat laju dan skala dari upaya melindungi bumi sebelum semuanya terlambat," kata Brian O'Donnell, Director, Campaign for Nature yang kelak menjadi peserta dalam ajang pertemuan tersebut pada minggu ini. "Hanya dengan melindungi lebih banyak lahan dan air, kita bisa menjaga alam untuk miliaran orang yang menggantungkan diri pada wilayah-wilayah natural yang sehat dan fungsional."

Sejumlah perwakilan pemerintah, antara lain, dari Chile, Tiongkok, Kosta Rika, Jerman, Norwegia, dan Inggris, akan bergabung dengan pemerintah Kanada pada minggu ini di Montreal. Pertemuan tingkat tinggi tersebut mencerminkan betapa pentingnya perumusan target baru, berani dan dapat dicapai untuk menjaga lebih banyak lahan serta lautan di seluruh dunia. Seorang pegiat filantropi Hansjörg Wyss – telah bertekad menyumbangkan $1 miliar untuk pelestarian alam — mengulas artikel op-ed yang diterbitkan pada Senin ini di Toronto Star, yakni mengenai ajang pertemuan tersebut yang dianggap sebagai peluang penting bagi berbagai negara untuk mengawali diskusi tentang beberapa strategi yang spesifik demi melestarikan kehidupan di bumi.

Acara ini akan berfokus, secara khusus, pada dua sektor penting dalam kesuksesan agenda global yang ambisius untuk alam: pendanaan upaya pelestarian alam dan konservasi yang dipimpin oleh penduduk asli.

Upaya melestarikan setidaknya 30 persen dari daratan dan lautan di bumi secara efektif, akan menuntut komunitas global untuk menyumbangkan berbagai sumber daya yang diperlukan dalam mengelola taman-taman, area laut yang dilindungi, suaka bagi satwa liar, dan berbagai tempat pelestarian alam lainnya. Sejumlah sumber daya dibutuhkan untuk perencanaan, pemantauan, interpretasi, dan patroli di wilayah-wilayah yang dilestarikan.

Sektor penting kedua pada minggu ini adalah pentingnya pengutamaan konservasi alam yang dipimpin oleh penduduk asli. Meski jumlah komunitas penduduk asli hanya di bawah lima persen dari seluruh populasi dunia, mereka mengelola atau memegang sistem penguasaan tanah (land-tenure) seluas 25 persen dari daratan di bumi, terdiri atas 80 persen dari keberagaman tumbuhan dan satwa liar di bumi. Hanya dengan menghormati kedaulatan dan memberdayakan komunitas penduduk asli agar mereka menjaga wilayah daratan dan perairan adatnya, berbagai negara akan berhasil melindungi alam dengan skala yang diperlukan demi menjaga satwa dan tempat-tempat liar.

Guna membendung arus kerugian alam, koalisi ilmuwan, kelompok penduduk asli, pemimpin pemerintahan, kelompok lingkungan hidup, pemimpin bisnis, dan pegiat filantropi yang kian bertambah jumlahnya, bergabung dengan satu tujuan untuk melindungi setidaknya 30 persen dari bumi pada 2030. Baru minggu lalu, sejumlah ilmuwan ternama dunia menerbitkan kajian di Science Advances untuk menyajikan kasus yang bersumber dari data dan didukung sains, dalam rangka melindungi lebih banyak hal di bumi.

"Ilmu pengetahuan sangat jelas: kita harus melindungi 30 persen dari bumi dalam dekade berikutnya," ujar Dr. Enric Sala, Explorer-in-Residence, National Geographic, dan salah satu penerbit kajian tersebut yang juga akan ikut-serta dalam pertemuan minggu ini. "Kita memerlukan kepemimpinan politik demi menyelamatkan kehidupan natural yang memberikan kita oksigen untuk dihirup, makanan untuk dimakan, air bersih untuk diminum."

Para ilmuwan telah menunjukkan betapa kelamnya kondisi alam saat ini. Planet kita kehilangan satwa liar 1.000 kali lebih cepat dari masa mana pun di sejarah manusia — dan masalahnya semakin parah, alih-alih membaik. Spesies dalam jumlah besar telah menuju kepunahan, termasuk 14 persen dari burung, 25 persen dari mamalia, dan 40 persen dari amfibi yang ada.

Berbagai komunitas tengah menyaksikan dampak-dampak nyata dari kerugian alam yang berlangsung cepat. Polusi, penangkapan ikan secara berlebihan, dan sejumlah spesies invasif telah mengancam mata pencaharian banyak orang; kehancuran hutan dan lahan basah memperburuk kualitas udara, dan membuat banyak orang kian rentan terhadap bencana angin ribut, banjir, serta musibah alam lainnya; lenyapnya hewan penyerbuk memaksa sejumlah komunitas melakukan penyerbukan tanaman dengan tangan. Sebaliknya, anak-anak yang tinggal di dekat sejumlah wilayah yang dilestarikan ternyata lebih sehat dan memiliki kondisi perekonomian yang lebih baik ketimbang anak-anak yang tidak bermukim di wilayah tersebut.

Seperti yang dicatat Hansjörg Wyss dalam artike op-ed pada minggu ini:

"Pelestarian lingkungan akan menuntut kita semua—secara lintasnegara, lintasgenerasi, dan lintaskebudayaan—untuk saling bekerja sama dalam melindungi dunia natural kita…Ajang Nature Champions Summit [pada minggu] ini menawarkan peluang yang luar biasa guna merumuskan jalur ambisius bersama demi menjaga alam bagi seluruh makhluk hidup."

Foto - https://mma.prnewswire.com/media/876566/National_Geographic_Baffin_Island.jpg
Logo - https://mma.prnewswire.com/media/876674/Wyss_Logo.jpg

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami