BALI, Indonesia, 2 September 2019 /PRNewswire/ -- The International Commission on Irrigation and Drainage (ICID), Indonesian National Committee of ICID (INACID), bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) – hari ini resmi membuka the 3rd World Irrigation Forum (WIF) & 70th International Executive Council Meeting (IECM) di Bali Nusa Dua Convention Hall. Dengan tema besar "Development for water, food, and nutrition security in a competitive environment," forum yang berlangsung dari 1 – 7 September 2019 ini melibatkan lebih dari 1,300 pemangku kepentingan bidang keirigasian dari berbagai negara, melingkupi Pemerintah, pakar, lembaga penelitian, organisasi non-pemerintah, dan petani. Berbagai isu yang akan dikupas selama tujuh hari penuh, antara lain: modernisasi irigasi, manajemen banjir dan kekeringan, pertanian, dan perubahan iklim.
Dalam sambutannya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, menyatakan forum ini dapat melahirkan solusi untuk menjawab tantangan ketersediaan air bersih yang terus berevolusi, karena perubahan iklim dan bertumbuhnya populasi manusia.
"Produksi pangan harus dua kali lipat pada tahun 2050 untuk memenuhi permintaan populasi dunia yang terus bertambah, sementara daratan dan ketersediaan air menjadi terbatas. Kita membutuhkan strategi yang kuat dan inovatif untuk memerangi kelaparan dan untuk mengakhiri kemiskinan pedesaan," tegas Basuki di awal acara.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA), Kementerian PUPR secara khusus memanfaatkan hari pertama WIF untuk melahirkan kebijakan bilateral strategis dengan organisasi internasional dan negara lain guna percepatan pembangunan infrastuktur, khususnya 65 bendungan yang ditargetkan selesai sebelum masa pemerintahan periode kedua Presiden Joko Widodo berakhir.
"Dengan Bank Dunia, kami minta percepatan proyek Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) dan Dam Operational Improvement and Safety Project (DOISP) Phase 2 yang saat ini progress pengerjaannya masih dibawah 20%. Lalu dengan Korea, terkait percepatan penyelesaian bendungan Karian yang harus selesai pada tahun 2021. Terakhir dengan China, terkait komitmen mereka untuk percepatan penyelesaian waduk Jenelata di Sulawesi dan Riam Kiwa di Kalimantan," ujar Direktur Jenderal SDA, Hari Suprayogi.
Presiden ICID, Eng. Felix B. Reinders lebih jauh mengapresiasi kesediaan dan kesiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah event tiga tahunan ini. Ia meyakini, sistem irigasi yang dilakukan Indonesia dapat menjadi pelajaran berharga bagi negara peserta lain, begitu pula sebaliknya.
"80% negara dunia menggunakan metode irigasi gravitasi (gravity irrigation), salah satunya Indonesia dengan sistem Subak yang mendunia. Sementara negara lain seperti China, Afrika Selatan, dan India saat ini menaruh investasi besar pada teknologi irigasi guna menghemat air, yakni sistem irigasi serapan (drip irrigation). Sistem irigasi serapan ini dapat dikembangkan untuk tanaman hortikultura di Indonesia," ujar Felix.
Keberhasilan Bali terpilih sebagai tuan rumah WIF bukan tanpa alasan. Selain lobi yang terus dilakukan Pemerintah dan daya tarik pariwisata, sebagai salah satu dari sebelas negara pendiri ICID pada tahun 1950, pengembangan pemanfaatan sumber daya air bagi pertanian Indonesia selalu menjadi studi kasus yang menarik bagi dunia. Subak, yang merupakan warisan budaya Bali sejak abad ke-11, adalah salah satunya. UNESCO telah menetapkan Subak beserta manifestasinya sebagai warisan budaya dunia, antara lain: Irigasi di Jatiluwih, Pura Ulun Danu Batur, Irigasi Pakerisan, daerah Irigasi Catur Angga Batukaru, dan Pura Taman Ayun.
Media Contact:
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Sub Bagian Komunikasi Publik
Gedung Ditjen Sumber Daya Air
Kementerian PUPR
Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru
Jakarta – Indonesia 12110
Phone: +6221 7398614
Email: kompusda@pu.go.id atau kompu.sda@gmail.com
Photo - https://photos.prnasia.com/prnh/20190902/2567492-1?lang=0