omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID

Hampir delapan dari 10 konsumen Indonesia akan berhenti memakai suatu merek yang menempatkan iklannya di dekat konten bermutu rendah

2019-11-19 10:50
-Studi Persepsi Konsumen Terbaru Menunjukkan Efek Pengganda (Ripple effect) bagi Iklan

JAKARTA, Indonesia, 19 November 2019 /PRNewswire/ -- Integral Ad Science (IAS), pemimpin pasar dunia dalam bidang verifikasi iklan digital, hari ini merilis kajian global tentang persepsi konsumen terhadap iklan dalam hal kualitas konten. Sejumlah temuan dalam kajian ini mengungkap pentingnya penempatan iklan di sekitar konten bermutu tinggi, sebab persepsi konsumen sangat terpengaruh oleh konten dan lingkungannya ketika melihat iklan. Menurut studi tersebut, konsumen Indonesia sangat memahami kualitas konten saat melihat iklan. Sebagian besar konsumen Indonesia (90%) sangat terganggu sewaktu melihat sebuah merek yang berada di samping konten bermutu rendah. Hampir delapan dari 10 konsumen Indonesia akan berhenti memakai merek yang memasang iklan di dekat konten bermutu rendah. Untuk kedua parameter ini, Indonesia menempati posisi teratas di dunia.

Sejumlah temuan penting mencakup:

Konten bermutu tinggi meningkatkan interaksi

Studi ini menunjukkan minat konsumen terhadap iklan yang ditempatkan pada posisi premium dan bermutu. Tren tersebut cukup konsisten mengemuka di seluruh pasar yang dikaji, dan Indonesia menempati posisi pertama di dunia (78%). Delapan dari 10 konsumen Indonesia lebih suka berinteraksi dengan iklan yang ditempatkan di samping konten bermutu. Singapura menempati posisi kedua dengan porsi 66%, sementara, lebih dari setengah konsumen Jepang (51%) juga berpandangan serupa.

Konten bermutu rendah memiliki konsekuensi

Respons konsumen terlihat negatif saat mutu iklan menurun. Sembilan dari 10 konsumen Indonesia (90%) merasa terganggu ketika iklan muncul di sebelah konten bermutu rendah, dan peluang interaksi merek turut anjlok. Perasaan terganggu juga muncul di jenjang regional, sementara, penempatan iklan yang buruk menganggu 88% konsumen di Singapura dan 87% konsumen di Jepang.

Sebanyak 79% konsumen Indonesia akan berhenti menggunakan merek yang muncul di sebelah konten bermutu rendah atau konten berbahaya. Di Asia, sentimen serupa juga ditunjukkan 63% konsumen Singapura dan 65% konsumen Jepang.

Aspek yang ikut terimbas adalah reputasi dan daya tarik merek: 86% konsumen Indonesia, porsi terbanyak di dunia, menilai bahwa suatu merek bertanggung jawab atas konten yang muncul di samping iklannya, sedangkan, sentimen serupa ditunjukkan 68% konsumen Singapura dan 66% konsumen Jepang. Hal ini secara jelas menunjukkan perlunya suatu merek untuk lebih mengatur penempatan iklannya.

"Studi tentang efek pengganda (ripple effect) memperlihatkan keterkaitan yang jelas antara mutu iklan bermutu tinggi dan respons konsumen," jelas Laura Quigley, MD, Asia Tenggara, Integral Ad Science (IAS). "Sebagai masukan penting, berbagai merek berpeluang untuk memanfaatkan pengaruh ganda dari iklan yang disesuaikan dengan sasaran (tailored ads) dan penempatan iklan yang bermutu tinggi. Kedua langkah ini ditempuh guna meningkatkan interaksi merek. Namun, kita juga perlu mencatat hal sebaliknya. Penempatan iklan di sekitar konten bermutu rendah memiliki konsekuensi besar: sangat berisiko mengakibatkan rusaknya persepsi merek, bahkan pendapatan—pada akhirnya, berdampak negatif pula terhadap pemilik media. Agar iklan daring dapat menarik perhatian dan mendatangkan hasil yang diharapkan, konten yang relevan dan konteks yang tepat harus menjadi prioritas terutama."

Efek Halo

Korelasi antara kualitas penempatan iklan dan minat konsumen mendukung riset biometri yang dijalankan IAS pada awal tahun ini. Sebagai bagian dari investigasi atas "Efek Halo", riset neurologis tersebut menemukan konteks penempatan iklan yang ternyata mempengaruhi persepsi iklan. Analisis biometri mutakhir menunjukkan 74% iklan yang tampil pada web seluler bermutu tinggi ternyata lebih disukai. Iklan-iklan tersebut juga memiliki 30% peluang yang lebih besar untuk diingat konsumen; menunjukkan perlunya kalangan pemasar agar mempertimbangkan konteks yang lengkap, ketimbang semata-mata mengutamakan aspek kreatif dan audiens.  

Studi "Efek Pengganda" dari Integral Ad Science digelar di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Indonesia, serta Singapura untuk menilai persepsi konsumen tentang relevansi iklan dan mutu konten. Studi ini menyurvei sampel populasi umum yang terdiri atas konsumen pria dan wanita, berusia 18-65+ tahun, dari Agustus-September 2019. Kajian tersebut dijalankan untuk memahami sikap konsumen terhadap perubahan yang dilakukan suatu merek dalam penempatan iklannya.

Tentang IAS:

Integral Ad Science (IAS) ialah pemimpin pasar dunia dalam bidang verifikasi iklan digital, dan menawarkan sejumlah teknologi untuk menghasilkan media periklanan bermutu tinggi. IAS memfasilitasi pihak pengiklan dan pemilik media dengan data dan teknologi sehingga mereka mampu melindungi investasi periklanannya dari tindak penipuan dan lingkungan berbahaya, serta menarik perhatian konsumen dan meningkatkan kinerja bisnis. Berdiri pada 2009, IAS berkantor pusat di New York, dengan kegiatan global di 22 kantor yang tersebar di 13 negara. IAS menjadi bagian dari perusahaan portofolio Vista Equity Partners di sektor perangkat lunak. Untuk informasi lebih lanjut tentang kiprah IAS dalam mewujudkan impresi periklanan yang lebih baik bagi pemilik media dan pengiklan ternama di dunia, silahkan mengunjungi integralads.com

Logo - https://photos.prnasia.com/prnh/20191118/2645282-1LOGO?lang=0

Tautan terkait:
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami