JAKARTA, Indonesia, 13 Maret 2020 /PRNewswire/ -- Menurut hasil penelitian terbaru Accenture, terdapat jarak yang cukup lebar antara cara pimpinan dan karyawan memandang kemajuan menuju kesetaraan dalam organisasi. Bila jarak ini ditutup, akan menghasilkan manfaat substansial bagi perusahaan dan karyawan.
Laporan, "Menuju Kesetaraan di tahun 2020: Nilai Terpendam dari Para Culture Makers," yang meliputi penelitian di 28 negara, termasuk di Indonesia, mengungkap bahwa saat ini organisasi berada pada titik perubahan: Tenaga kerja di Indonesia saat ini semakin memikirkan budaya kerja dan percaya betapa pentingnya bantuan agar karyawan berkembang di tempat kerja (dilaporkan oleh 88% wanita dan 86% pria) dan sebagian besar pimpinan (86%) percaya budaya kerja yang terbuka penting untuk keberhasilan bisnis.
Di saat yang sama, ada perbedaan persepsi: 71% pimpinan di Indonesia merasa telah menciptakan lingkungan pemberdayaan di mana orang sudah merasa memiliki, tapi hanya 45% dari karyawan setuju. Selain itu, secara global proporsi karyawan yang tidak merasa termasuk dalam organisasi 10x lebih tinggi dari yang diyakini para pimpinan (masing-masing 2% vs 20%). Sebaliknya di Indonesia, tidak ada pimpinan yang percaya bahwa karyawannya merasa 'tidak dilibatkan' – tetapi 25% dari karyawan tidak setuju.
"Walau kesenjangan persepsi antara pimpinan dan karyawan mengenai pandangan perkembangan menuju kesetaraan di Indonesia lebih sedikit dari temuan global, tetapi upaya untuk menutup kesenjangan persepsi tersebut, dan membangun budaya tempat kerja di mana lebih banyak karyawan merasa dilibatkan harus tetap dilakukan. Para pemimpin harus mengumpulkan dialog yang bermakna dan berkelanjutan dengan karyawan untuk menangkap umpan balik serta memberdayakan kepemimpinan untuk mendorong perubahan dengan cepat," kata Debby Alishinta, Inclusion & Diversity Lead, Managing Director, Accenture di Indonesia.
Sebagian besar pimpinan di Indonesia juga menempatkan keragaman dan budaya kerja di bagian bawah daftar prioritas organisasi. Sekitar tiga perempat pimpinan menempatkan kinerja keuangan dan pengakuan merek maupun kualitas di puncak daftar prioritas (masing-masing 80% dan 72%), sedangkan yang menempatkan keragaman dan budaya kerja sebagai prioritas utama hanya 34% dan 30%.
"Menciptakan budaya kesetaraan harus menjadi prioritas utama agenda bisnis. Ini dimulai dengan keyakinan bahwa keragaman bukan hanya hal yang tepat, tetapi keharusan bisnis sama seperti prioritas strategis lainnya," kata Julie Sweet, CEO dari Accenture. "Bila budaya kerja yang kuat dan kesetaraan diprioritaskan, semua akan mendapat manfaat—dan hasilnya, organisasi membuka inovasi dan pertumbuhan yang lebih besar."
Jarak dipersempit, kemajuan harus dipercepat
Bila persepsi para pimpinan dan persepsi karyawan diselaraskan, maka akan menghasilkan keuntungan besar. Setiap orang—baik wanita maupun pria—akan maju lebih cepat, dan laba global akan meningkat US$3,7 triliun.
Jika jarak persepsi tersebut dikurangi separuh:
Penelitian ini terutama tepat waktu untuk para pimpinan, sedangkan harapan karyawan hanya akan meningkat: Dibanding dengan Boomers, ternyata Gen Z lebih memikirkan budaya kerja (masing-masing 75% vs 64%).
Para Pencipta Budaya Kerja (Culture Makers)
Laporan ini mengidentifikasi sebagian kecil pimpinan—'Para Pencipta Budaya Kerja'—yang juga dapat disebut Culture Makers lebih berkomitmen membangun budaya kesetaraan. Para pimpinan ini menyadari pentingnya faktor-faktor seperti transparansi upah kerja, cuti keluarga dan kebebasan untuk menjadi kreatif dalam membantu karyawan untuk berkembang.
Secara global para Culture Makers mempunyai kesempatan yang jauh lebih besar untuk berbicara tentang berbagai masalah di tempat kerja, termasuk kesetaraan gender (52% vs 35% dari semua pimpinan) dan pelecehan/diskriminasi seksual (51% vs 30%). Mereka merasakan tanggung jawab, sambil memimpin organisasi-organisasi yang hampir dua kali lebih besar mengumumkan secara terbuka mengenai target untuk merekrut dan mempertahankan lebih banyak wanita.
Meskipun hanya 6% pimpinan yang disurvei merupakan Culture Makers, tetapi mereka mewakili kelompok yang lebih seimbang dalam masalah gender dibandingkan dengan kelompok pimpinan yang disurvei secara lebih luas (masing-masing 45% wanita vs 32% dari semua pimpinan). Selain itu, 68% dari mereka adalah kaum Millennial, dibandingkan dengan 59% dari semua pimpinan. Mereka lebih cenderung memimpin organisasi di mana orang maju, inovatif dan berkomitmen – dan keuntungan organisasi mereka hampir tiga kali lebih tinggi daripada organisasi-organisasi serupa lainnya.
Mencapai budaya kesetaraan
Laporan ini juga menjabarkan langkah-langkah untuk membantu organisasi menutup jarak persepsi dan mendorong kemajuan menuju budaya yang lebih setara yang menguntungkan bagi semua orang dan memungkinkan para pimpinan untuk terus mengembangkan strategi mereka untuk memenuhi kebutuhan yang terus berubah.
Penelitian ini menegaskan kembali bahwa kepemimpinan yang tegas, tindakan yang komprehensif dan memberdayakan lingkungan kerja adalah jaminan yang sudah teruji untuk menciptakan budaya kesetaraan:
Baca laporan global di: accenture.com/gettingtoequal
Metodologi
Dibangun atas dasar penelitian Accenture sebelumnya yang telah mengeksplorasi bagaimana membangun budaya kesetaraan di tempat kerja serta manfaat bagi organisasi dan karyawan, laporan ini didasarkan pada survei global terhadap lebih dari 30.000 profesional di 28 negara, termasuk salah satunya di Indonesia; survei terhadap lebih dari 1.700 eksekutif senior; dan model yang menggabungkan hasil survei karyawan dengan data angkatan kerja yang dipublikasikan. Accenture memanfaatkan penelitian Menuju Kesetaraan (Getting to Equal) dari tahun 2018 dan 2019 untuk menghasilkan data dan analisis baru yang menggunakan tiga langkah: mengukur celah persepsi, mengukur dampak celah persepsi terhadap hasil karyawan, dan mengukur dampak penutupan celah persepsi.
Mengenai Accenture
Accenture adalah perusahaan layanan profesional global terkemuka, yang menyediakan berbagai layanan dan solusi dalam hal strategi & konsultasi, interaktif, teknologi, dan operasi dengan menggabungkan kapabilitas digital secara menyeluruh. Menggabungkan pengalaman yang tak tertandingi dan keterampilan khusus di lebih dari 40 industri— ditopang oleh jaringan terbesar di dunia, yaitu pusat Advanced Technology dan Intelligent Operations. Dengan 505.000 orang yang melayani klien di lebih dari 120 negara, Accenture mendorong inovasi untuk meningkatkan cara dunia bekerja dan hidup. Kunjungi kami di www.accenture.com.
Kontak:
Nia Sarinastiti
Accenture di Indonesia
+62-816-979-631
nia.sarinastiti@accenture.com