omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ms_MY th_TH vi_VN

Ajang tahunan "SEA Mental Health Forum" paparkan kemitraan, inovasi, dan akses sebagai solusi-solusi utama untuk menangani korelasi positif antara gangguan jiwa dan COVID-19

2020-10-29 08:22
  • Sejumlah gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi, dan gangguan saraf (neurological disorder) bertambah parah akibat pandemi COVID-19 di negara-negara Asia Tenggara
  • Layanan konsultasi kesehatan jarak jauh (telehealth) dan konsultasi psikiatri jarak jauh (telepsychiatry), pengiriman obat ke rumah, dukungan pelatihan yang lebih baik di layanan kesehatan primer, dan pengembangan di tingkat layanan kesehatan masyarakat, serta kemitraan dengan pemerintah guna meningkatkan literasi dan daya tahan kesehatan jiwa, termasuk dalam topik-topik diskusi acara

SINGAPURA, 29 Oktober 2020 /PRNewswire/ -- Di tengah upaya yang dilakukan negara-negara Asia Tenggara untuk menangani gelombang kedua dan ketiga pandemi COVID-19, sejumlah imbas pandemi telah menyebar luas—melampaui ekonomi hingga kondisi kejiwaan individu, pengasuh, keluarga, dan tenaga kesehatan.

Dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Johnson & Johnson, berkolaborasi dengan Philippine Psychiatric Association, menggelar ajang tahunan ke-empat "Southeast Asia Mental Health Forum", dengan tema "Membangun Kapasitas Bagi Kesehatan Jiwa di Era Normal yang Baru".

Forum ini berlangsung secara virtual selama dua hari di Bulan Oktober, dan dihadiri lebih dari 500 peserta, termasuk praktisi kesehatan, pasien, pembuat kebijakan, dan aktivis maupun pendukung kesehatan jiwa dari seluruh Asia Tenggara.

Negara-negara yang berpartisipasi dalam Forum tahun ini adalah Filipina, Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Setiap negara berbagi pengalaman tentang sejumlah praktik terbaik di wilayahnya, pembelajaran, tantangan, dan rekomendasi dalam rangka menyediakan layanan kesehatan jiwa di masa pandemi COVID-19.

President & Managing Director, J&J Philippines, Raghu Krishnan, mempertegas komitmen Perusahaan untuk memperkuat kapasitas kesehatan jiwa dan mengembangkan diskusi di Filipina ketika membuka acara tersebut.

Dr. Alessandra Baldini, SEA Director, Medical Affairs, Johnson & Johnson, berkata, "Dalam Forum tahun ini, kami ingin menjalin kemitraan dengan beragam pemangku kepentingan untuk menemukan metode-metode berkelanjutan yang membantu penderita gangguan kesehatan jiwa, serta mengembangkan berbagai strategi masa depan setelah pandemi."

Sejumlah diskusi mengungkapkan, gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi, dan gangguan saraf bertambah parah akibat pandemi COVID-19[1]. Dari Maret-Agustus tahun ini, saluran siaga (hotline) National Center for Mental Health di Filipina menerima lonjakan panggilan telepon untuk penanganan krisis, yakni rata-rata mencapai 876 per bulan, 53 di antaranya berhubungan dengan kasus bunuh diri. Jika dibandingkan dengan beberapa bulan sebelum karantina diterapkan, saluran siaga hanya menerima rata-rata 400 panggilan per bulan dari Mei 2019-Februari 2020.

Hal serupa terjadi di Singapura. Saluran siaga di sana juga menerima lonjakan panggilan antara April-Mei 2020, yakni 30-35% lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun lalu.[2]

Sementara, Kepolisian Malaysia melaporkan 78 kasus bunuh diri di seluruh negeri selama periode 18 Maret-9 Juni 2020, atau 14 kasus lebih banyak ketimbang periode serupa pada tahun lalu. Mental Health Department di Thailand juga merilis angka serupa, yaitu lonjakan sebesar 22% dalam jumlah kasus bunuh diri pada Semester I-2020 bila dibandingkan periode serupa pada tahun lalu.

Dalam kurun waktu Maret hingga Agustus 2020 saja, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia) melaporkan sebanyak 14.619 orang telah dirawat semasa penerapan protokol karantina dan pembatasan aktivitas sosial.

Dalam membangun sejumlah strategi masa depan, beberapa tema utama muncul pada Forum ini, yaitu seputar inovasi, akses, dan kemitraan. Sejumlah ide yang dibahas termasuk:

  • Pemanfaatan layanan konsultasi kesehatan jarak jauh (telehealth) dan layanan konsultasi psikiatri jarak jauh (telepsychiatry) guna mengurangi kontak antar manusia, sekaligus menjamin akses pasien terhadap layanan spesialis kesehatan jiwa
  • Layanan pengantaran obat ke rumah untuk menjamin pengobatan psikotropika dengan paruh waktu obat (half-life) yang lebih lama, pengenalan kesehatan jiwa yang berbasiskan komunitas di layanan kesehatan primer, bimbingan jarak jauh (Tele-mentoring) dan pelatihan bagi penyedia layanan kesehatan primer juga berperan penting sebagai bantuan sejawat (peer support), serta mengurangi beban kerja penyedia layanan kesehatan primer.
  • Membangun kapabilitas dan menyediakan bantuan pelatihan bagi praktisi layanan kesehatan primer sehingga mereka mampu merawat pasien kesehatan jiwa, sambil mengembangkan model layanan komunitas yang menjamin akses dan keterjangkauan layanan kesehatan jiwa
  • Mengutamakan daya tahan individu, keluarga, dan komunitas, serta bermitra dengan sejumlah instansi pemerintah lokal dan nasional, masyarakat sipil, dan sektor swasta guna meningkatkan literasi kesehatan jiwa.

Sebagai pendukung dan pakar berpengalaman di bidang kesehatan jiwa, Johnson & Johnson ingin mengembangkan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan lokal yang berkomitmen untuk mengutamakan kesehatan jiwa di agenda kesehatan di wilayah regional dan dunia. 

Dr. Baldini berkata, "Tanggung jawab untuk membangun kapasitas bagi kesehatan jiwa tak hanya berada pada satu pemangku kepentingan saja. Kita harus melihatnya secara menyeluruh, dan setiap individu mengemban tanggung jawabnya masing-masing."

"Lebih dari sekadar COVID-19, sebagai pemimpin dan inovator di bidang perawatan kesehatan, kami akan selalu mengubah arah kesehatan demi kemanusiaan. Hal ini dilakukan dengan memperluas pemahaman atas kesehatan jiwa, serta mengutamakan deteksi dan perawatan tahap awal."

Untuk informasi lebih lanjut tentang ajang "SEA Mental Health Forum" dan sejumlah paparan penutup, silakan mengakses laman ini.


[1] According to The impact of COVID-19 on mental, neurological and substance use services: results of a rapid assessment. Geneva: World Health Organization; 2020. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.

[2] Teo, J. (2020a, August 19). Covid-19 will have a long-tail effect on mental health, experts predict. The Strati Times. https://www.straitstimes.com/singapore/health/covid-19-will-have-a-long-tail-effect-on-mental-health-experts-predict

Tentang Johnson & Johnson

Di Johnson & Johnson, kami percaya kesehatan yang baik adalah dasar dari kehidupan dinamis, masyarakat yang berkembang, serta kemajuan di masa depan. Itu sebabnya, selama lebih dari 130 tahun, kami ingin menjaga agar orang tetap sehat di setiap usia dan setiap tahap kehidupan. Saat ini, sebagai perusahaan kesehatan terbesar dengan cakupan terluas di dunia, kami bertekad memanfaatkan jangkauan dan skala bisnis kami demi kebaikan. Kami berupaya meningkatkan akses dan keterjangkauan, menciptakan komunitas yang lebih sehat, serta membuat pikiran, tubuh dan lingkungan yang sehat bagi siapa saja, di mana saja. Kami memadukan tekad, sains, dan keahlian kami untuk mengubah arah kesehatan bagi kemanusiaan. Informasi lebih lanjut tersedia di www.jnj.com. Ikuti kami di @JNJNews.

Untuk pertanyaan media, silakan menghubungi:

Rachel Ho
Director, Communication & Public Affairs, SEA
Johnson & Johnson
Email: Sho9@its.jnj.com

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami