omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ko_KR th_TH vi_VN

CGTN: Tiongkok berupaya keras meningkatkan pasar domestik, sambil giat mencari berbagai peluang di pasar luar negeri

2020-11-20 12:32

BEIJING, 20 November 2020 /PRNewswire/ -- Di dunia yang tengah dilanda pandemi Covid-19 dan ketegangan dengan Amerika Serikat, Tiongkok telah bersiap diri—dengan model ekonomi baru yang disebut "sirkulasi ganda" (dual circulation) sebagai cetak biru negara tersebut dalam lima tahun ke depan.

Pola baru, "sirkulasi ganda", juga dikenal sebagai "dinamika pembangunan ganda", mengacu pada dua lingkar ekonomi: sektor perdagangan di dalam dan luar negeri. Namun, kali ini lebih berfokus pada pasar domestik. Hangatnya diskusi segera memicu anggapan bahwa perekonomian Tiongkok kelak "berorientasi domestik", dan fokus pada perdagangan dalam negeri akan membuat Tiongkok "menutup pintunya" dari dunia luar.

Silakan membaca artikel aslinya di sini.

Meski demikian, bagi Tiongkok, kebijakan membuka pasar dengan seluas-luasnya adalah rencana jangka panjang yang belum berakhir. Pada Selasa, Presiden Tiongkok Xi Jinping berkata bahwa Tiongkok "aktif mengintegrasikan diri ke pasar global". Pernyataan ini disampaikan Xi dalam ajang "12th BRICS Summit". Alih-alih menutup diri, Tiongkok akan menyambut dunia dengan tangan yang lebih terbuka, menurut Presiden Xi.

BRICS ialah kependekan dari kelompok negara-negara berkembang, yakni Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Pertemuan pada Selasa lalu diadakan oleh Rusia. Tahun ini, Rusia memegang kepemimpinan BRICS yang diatur secara bergiliran.

Tiongkok akan semakin berupaya untuk meningkatkan permintaan domestik, memperluas reformasi di segala aspek, serta mempromosikan inovasi dalam sains dan teknologi sebagai cikal bakal baru bagi pertumbuhan ekonomi, kata Xi.

"Memperkuat sirkulasi internal tidak bertolak belakang dengan kebijakan Tiongkok untuk membuka diri," jelas Prof. Gao Liankui, EU Business School, dalam sebuah artikel opini di Global Times. "Pola pembangunan baru…dijalankan berdasarkan target pembangunan perekonomian Tiongkok, yakni pemutakhiran industri dan ekspansi pasar domestik."

"Seiring dengan perkembangan teknologi, entitas ekonomi akan mengalami perubahan daya saing, hingga menghasilkan subtitusi impor pada jenjang tertentu. Pola ini tak hanya dialami oleh Tiongkok," tulis Prof. Gao dalam artikel tersebut.

Masih dalam ajang pertemuan BRICS, Presiden Xi mengangkat perlunya solidaritas internasional dalam upaya memerangi virus korona. "Kita harus mengatasi berbagai perbedaan dan prasangka dengan semangat persatuan dan rasionalitas, serta membina sinergi terbaik demi memberantas virus tersebut," ujarnya.

Komitmen Tiongkok terhadap netralitas karbon

Di pertemuan BRICS, Xi memperkuat komitmen negaranya untuk mewujudkan netralitas karbon sebelum 2060. Target ini, menurut para pakar, membuat Tiongkok harus mencapai emisi karbon yang mendekati nol pada 2050.

Tiongkok akan meningkatkan kontribusi di dalam negeri, dan berupaya untuk mencapai emisi puncak karbon dioksida pada 2030. Xi berkata, "Tiongkok akan menepati janjinya."

"Demi mewujudkan netralitas karbon pada 2060, transformasi besar sangat dibutuhkan di seluruh aspek sosial, ekonomi, energi, dan sistem teknologi," kata He Jiankun, Vice Chairperson, National Committee of Experts on Climate Change, kepada Xinhua. Artinya, energi baru dan energi terbarukan akan menjadi andalan Tiongkok.

Data resmi menunjukkan, emisi karbon dioksida Tiongkok pada 2018 tercatat 45,8% lebih rendah ketimbang 2005. Hal ini berarti Tiongkok telah memenuhi target pengurangan emisi dua tahun lebih awal.

Lebih lagi, pemerintah Tiongkok telah menyusun sejumlah langkah untuk mempromosikan "pembangunan ramah lingkungan". Tiongkok juga telah meningkatkan perdagangan emisi karbon (carbon emission trading) di tujuh provinsi dan kota—termasuk Beijing dan Shanghai—sejak 2011. Langkah ini bertujuan untuk menjajaki mekanisme pasar dalam pengendalian emisi gas rumah kaca. 

Tiongkok siap memenuhi berbagai tanggung jawab internasionalnya yang setara dengan tingkat pembangunannya, jelas Xi, pada pertemuan Selasa lalu.

Membangun kemitraan BRICS dalam revolusi industri baru

Dalam konteks kemitraan BRICS, Xi mengatakan, Tiongkok ingin bekerja sama dengan anggota-anggota BRICS guna mempercepat kemitraan BRICS dalam revolusi industri baru.

Secara khusus, Tiongkok akan mendirikan pusat inovasi untuk kemitraan tersebut di kota Xiamen, Provinsi Fujian, di Tiongkok Tenggara, kata Presiden Xi. Pusat inovasi ini kelak memfasilitasi kerja sama di bidang koordinasi kebijakan, pelatihan personil, serta pengembangan proyek, menurut Xi.

Terbentuk pada 2009, BRICS ingin membangun tatanan dunia yang setara, demokratis, dan multipolar. Tatanan dunia ini akan ikut merumuskan sistem moneter internasional yang stabil, mudah diprediksi, serta lebih terdiversifikasi.

"BRICS menjadi antidot terhadap G7 dan berbagai lembaga lain yang didominasi Amerika Serikat," ujar komentator politik asal London, Freddie Reidy. "Ini (pembentukan BRICS) ditafsirkan sebagai langkah penting untuk menemukan mata uang cadangan dunia yang baru, sehingga mengakibatkan terdepresiasinya kurs dolar, dan menunjukkan pengaruh kuat BRICS."

Presiden Xi juga mengajak negara-negara BRICS agar menjunjung tinggi prinsip multilateralisme, melindungi tujuan dan prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta tatanan dunia yang didukung hukum internasional.

Kesejahteraan masyarakat harus selalu diprioritaskan, kata Xi dalam pidatonya, dan dia juga mendorong BRICS supaya mewujudkan visi akan sebuah komunitas yang memiliki masa depan bersama untuk umat manusia.

Saat ini, dunia dilanda pandemi yang paling serius dalam satu abad terakhir, serta perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam seribu tahun terakhir, menurut Xi. Dia merujuk pada pandemi Covid-19 yang menjungkalkan dunia ke dalam jurang resesi terparah sejak Depresi Besar pada era 1930-an. 

"Terlepas dari semua hal tersebut, kita harus optimis bahwa prinsip-prinsip di era kita—perdamaian dan pembangunan—belum berubah, dan tren terbaru menuju dunia yang multipolar dan globalisasi ekonomi tidak dapat diputarbalikkan," kata Xi.

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami