SINGAPURA, 1 December 2020 /PRNewswire/ -- Asia Tenggara mulai menyadari peluang ekonomi tahunan senilai US$ 1 triliun jika potensi ekonomi dan sosial dari ekonomi hijau (green economy) terwujud, yakni dengan menyeimbangkan kebutuhan dan peluang. Kawasan ini bisa lebih berkelanjutan pada 2030 berkat percepatan momentum dan investasi global guna mengatasi berbagai tantangan dalam sustainability dan iklim. Namun, Asia Tenggara masih harus menuntaskan banyak hal. Melalui kontribusi besarnya terhadap jumlah populasi, keanekaragaman hayati dan sumber daya dunia, Asia Tenggara dapat memainkan peran yang lebih besar, serta menawarkan potensi pertumbuhan yang signifikan ke depannya. Hal-hal berikut merupakan temuan dalam proyeksi Bain & Company tentang aspek keberlanjutan di Asia Tenggara, berjudul "Southeast Asia's Green Economy: Pathway to Full Potential" yang dirilis hari ini.
Asia Tenggara dapat bertransformasi dengan cepat, menjamin energi yang berkelanjutan, menciptakan ekosistem pangan yang sehat dan berkelanjutan, mengembangkan industri-industri dan rantai pasok yang efisien, membangun kota-kota yang lebih hijau dan terkoneksi, serta memimpin pembiayaan yang ramah lingkungan (green financing). Percepatan pembangunan ekonomi hijau di Asia Tenggara berpeluang ekonomi senilai US$ 1 triliun per tahun untuk para pelaku usaha pada 2030, sehingga berbagai perusahaan dan masyarakat regional dapat membangun daya saing di masa yang akan datang.
Sebagai bagian dari upaya Bain untuk menggerakkan transformasi berkelanjutan di seluruh dunia, Global Sustainability Innovation Centre (GSIC) telah diresmikan dan didukung oleh Singapore Economic Development Board (EDB). GSIC berupaya untuk merintis berbagai solusi inovatif guna mempercepat kiprah keberlanjutan yang dijalankan perusahaan, serta mengatasi berbagai tantangan terbesar yang ada di bumi saat ini. GSIC akan berada di Singapura, dan kelak mendukung keahlian mendalam dari Bain dalam aspek keberlanjutan di Asia Tenggara—membantu kalangan perusahaan untuk mencapai target ESG mereka.
"Secara global, negara-negara sudah mulai memprioritaskan investasi yang berkelanjutan sejalan dengan kekhawatiran tentang perubahan iklim. Hasilnya, transisi menuju ekonomi hijau semakin cepat dan mendesak," jelas Gerry Mattios, Co-Director, Global Sustainability Innovation Center, Singapura, Bain, dan salah satu penulis laporan tersebut. "Program-program stimulus untuk berbagai perekonomian di seluruh dunia yang bertujuan untuk menangani pandemi Covid-19 dan mempromosikan inisiatif 'build back better' telah mempercepat perwujudan industri yang lebih hijau dan berkelanjutan. Di tengah percepatan ini, Asia Tenggara dapat memanfaatkan berbagai momentum tersebut guna menangkap peluang yang ada."
Saat ini, ada kesenjangan antara Asia Tenggara dan kawasan-kawasan lain dalam hal inisiatif ramah lingkungan yang dijalankan. Kesenjangan tersebut dapat mengancam daya saing global Asia Tenggara, namun juga menciptakan berbagai peluang besar di wilayah tersebut.
"Penerapan praktik-praktik yang ramah lingkungan akan memenuhi beragam ambisi Asia Tenggara seputar lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola (environmental, social and governance/ESG). Pada akhirnya, praktik-praktik tersebut bermanfaat bagi masyarakat, seperti pelestarian ekosistem dan inklusivitas sosial—berguna bagi masyarakat sekaligus mendukung peningkatan pertumbuhan," jelas Dale Hardcastle, Co-Director, Global Sustainability Innovation Center, Singapura, Bain, dan salah satu penulis laporan tersebut. "Dengan mewujudkan ekonomi hijau, pertumbuhan ekonomi di berbagai jenis sektor di Asia Tenggara dapat segera mengikuti."
Asia Tenggara memiliki sejumlah jalur di beragam industri yang mampu mewujudkan potensi triliunan dolar dari ekonomi hijau. Beragam jalur dan industri ini memperlihatkan beberapa bidang yang bisa dikuasai Asia Tenggara sebagai pemimpin global:
"Langkah Bain untuk mendirikan GSIC di Singapura akan memperkuat ekosistem keberlanjutan kami, serta membantu berbagai perusahaan lokal dan Asia Tenggara guna menangkap berbagai peluang pertumbuhan yang ramah lingkungan," ujar Dawn Lim, Vice-President & Head of Commercial and Professional Services, EDB. "Di tengah layanan untuk aspek keberlanjutan yang terus berkembang, kami ingin bekerja sama dengan Bain dan sejumlah perusahaan lain untuk menciptakan bisnis baru dan peluang pekerjaan di sektor-sektor seperti energi bersih, infrastruktur dan gedung-gedung yang ramah lingkungan, serta teknologi rendah karbon."
"Peresmian GSIC menjadi langkah penting bagi Bain untuk memimpin aspek keberlanjutan, dan kami gembira atas dukungan dari banyak pemimpin industri, khususnya Singapore Economic Development Board," kata Satish Shankar, Managing Partner, Asia Pasifik, Bain & Company. "Kami optimis bahwa Asia Tenggara memiliki potensi untuk memimpin transformasi dalam aspek keberlanjutan di seluruh dunia, dan kami bertekad mewujudkan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan."