omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ms_MY th_TH vi_VN

Pakar XJTLU: Pelajaran dari pengentasan kemiskinan yang dijalankan Tiongkok

2021-03-02 10:43

SUZHOU, Tiongkok, 2 Maret 2021 /PRNewswire/ -- Pada 2016, Tiongkok secara resmi menargetkan, pada akhir 2020, 832 kabupaten akan keluar dari garis kemiskinan—sebuah target yang tercapai pada November lalu. Kamis lalu, Presiden Tiongkok Xi Jinping memuji pencapaian ini sebagai "kemenangan telak". Hal tersebut disampaikan Xi dalam sebuah acara di Beijing untuk mengapresiasi sejumlah pemimpin program pengentasan kemiskinan tersebut.

Dr Alessandra Cappelletti (left), of Xi’an Jiaotong-Liverpool University, was a researcher for the Poverty Alleviation Programme Xinjiang in 2011/2012.
Dr Alessandra Cappelletti (left), of Xi’an Jiaotong-Liverpool University, was a researcher for the Poverty Alleviation Programme Xinjiang in 2011/2012.

Dr. Alessandra Cappelletti, Associate Professor, Department of International Studies, Xi'an Jiaotong-Liverpool University, berkata, terdapat beberapa alasan di balik kesuksesan program pengentasan kemiskinan. Menurutnya, kesuksesan ini juga dapat dipelajari oleh negara-negara lain.

Pelajaran 1: Jadikan sebagai Prioritas

Salah satu kunci sukses dari rencana Tiongkok adalah kemauan politik yang kuat, menurut Dr. Cappelletti. "Pemerintah mengerahkan seluruh mesin-mesin politik dalam konteks birokrasi," jelasnya.

Sejumlah program berada di jalur yang tepat untuk memenuhi tenggat, kendati demikian, pada awal tahun lalu, pandemi Covid-19 telah memperlambat laju ekonomi di seluruh dunia.

Alih-alih menunda program pengentasan kemiskinan, menurut Dr. Cappelletti, pemerintah pusat cepat menerbitkan berbagai arahan agar para pejabat lokal tetap menjaga target pengentasan kemiskinan. "Saat pemerintah pusat telah menetapkan target yang jelas, maka hal tersebut dianggap sebagai suatu kewajiban."

Pelajaran 2: Berpikir ke depan

Ketika sebuah kabupaten telah keluar dari garis kemiskinan, para pejabat biasanya bersenang-senang dan mengapresiasi dirinya sendiri atas keberhasilan tersebut. Namun, menurut Dr. Cappelletti: "Para perumus kebijakan di Tiongkok berpikir bahwa setiap solusi mendatangkan 10 masalah baru. Sikap ini berasal dari pola pikir global yang 'relational', yakni menilik kompleksitas dalam setiap hal."

Salah satu masalah baru adalah menjaga aset. 

"Strategi yang dijalankan ialah membantu kaum petani untuk merintis usaha sendiri. Di sebuah desa di Sichuan, China Agricultural University, Beijing, membantu para petani untuk merenovasi rumah-rumah mereka, dan menyewakannya bagi wisatawan," ujarnya.

Pelajaran 3: Memperkuat aspek internal

Selama bertahun-tahun, Cappelletti menjelaskan, Tiongkok telah mengubah fokus ekonominya: "Ada dorongan untuk memperbarui sistem ekonomi Tiongkok yang sebelumnya mengandalkan tenaga kerja berbiaya murah dan batubara, hingga beralih ke model inovatif yang berorientasi pada teknologi." Tiongkok juga memprioritaskan peningkatan pasar domestik, dan mengurangi ketergantungan terhadap ekspor.

Cara tak langsung untuk merangsang ekonomi lokal adalah meningkatkan investasi dalam pendidikan dan layanan kesehatan, menurut Cappelletti. Pasalnya, layanan-layanan ini semakin terjangkau bagi warga-warga biasa, sebab mereka kini memiliki lebih banyak pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income).

"Tentunya, beberapa tantangan masih harus dihadapi. Namun, kita harus tetap optimis," katanya. 

Tautan terkait:
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami