omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID

L.E.K. Consulting: Omzet Ritel FMCG Senilai ~Rp 742 Triliun Menggerakkan Pertumbuhan "B2B E-commerce" di Indonesia

2021-03-24 10:32

JAKARTA, Indonesia, 24 Maret 2021 /PRNewswire/ -- Rumitnya lanskap ritel FMCG di Indonesia mendorong pertumbuhan B2B e-commerce. Peluang investasi yang besar telah muncul di sektor yang bernilai ~Rp 742 triliun tersebut. Sektor ini mencatatkan CAGR sebesar 7% pada periode 2015-2020, menurut konsultan strategi global, L.E.K. Consulting.

Jumlah gerai Ritel Umum (General Trade/GT) mencapai ~4-5 juta unit, terdiri atas gerai-gerai kecil milik keluarga, sementara, jumlah gerai Ritel Modern (Modern Trade/MT) mencapai ~35.000 unit, seperti jaringan hypermarket dan pasar swalayan modern. Para peritel ini bergantung pada rantai pasok yang kompleks, yakni mencakup produsen, distributor, pedagang grosir, dan pedagang semigrosir, untuk memperoleh persediaan barang. Para pelaku sektor B2B e-commerce tengah mengatasi kerumitan ini, dan menciptakan nilai tambah dengan menyederhanakan jaringan pasokan barang.

Lebih lagi, sejumlah aspek penggerak permintaan turut mendukung sektor B2B e-commerce. Pertama, peritel semakin menyadari bahwa teknologi berperan sebagai solusi potensial yang mengatasi banyak kendala. Di sisi lain, penetrasi teknologi digital di Indonesia telah melesat dari ~30% pada 2015 menjadi ~75% pada 2020. Peningkatan mutu infrastruktur seperti logistik, berbarengan dengan maraknya usaha-usaha rintisan seperti Ninja Van, Sicepat Ekspres, dan Tiki, juga merupakan aspek penting yang melengkapi ekosistem B2B e-commerce dengan layanan last-mile delivery. Hal ini turut meningkatkan infrastruktur di Indonesia. Sebagai aspek terakhir, Covid-19 telah memicu perubahan perilaku konsumen, sebab perjalanan yang tidak perlu harus dihindari ketika kebijakan pembatasan jarak sosial diberlakukan. Untuk itu, B2B e-commerce menjadi pilihan yang jelas untuk memasok kembali persediaan barang-barang (stock replenishment).

Hasilnya, beberapa platform B2B telah bermunculan dengan model-model layanan e-commerce dan marketplace, seperti Grab Kios, GudangAda, GoToko, dan lain-lain. Setiap model layanan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan bagi kalangan operator. Hal tersebut diuraikan secara terperinci dalam laporan L.E.K. Consulting. Manas Tamotia, Head, Southeast Asia Technology Practice, L.E.K. Consulting, berkomentar, "Di Indonesia, kami menilai GudangAda sebagai marketplace terbesar dalam volume transaksi, sedangkan, pelaku e-commerce seperti Mitra Tokopedia dan GrabKios memiliki interaksi yang lebih baik pada aplikasi-aplikasinya, karena mereka menguasai keahlian multivertical sehingga mampu menawarkan berbagai layanan di luar B2B e-commerce (misalnya, P2P lending, pembayaran tagihan, pengisian pulsa ponsel). Serupa dengan tren ini, dalam konteks yang lebih luas, kami menyaksikan model marketplace yang sukses berkembang di negara-negara lain seperti Tiongkok dan India dengan volume perdagangan tradisional yang besar."

Para pelaku sektor B2B e-commerce telah membuat terobosan dalam sektor ritel FMCG di Indonesia, dan berbagai peluang untuk menciptakan valuasi bisnis baru telah bermunculan bagi seluruh pemangku kepentingan. Analisis yang dapat ditindaklanjuti dari L.E.K. Consulting menyajikan konteks penting untuk menjajaki perubahan-perubahan besar di pasar. 

Silakan mengeklik di sini untuk membaca laporan lengkapnya.

Narahubung

Manas Tamotia,
L.E.K. Consulting,
m.tamotia@lek.com

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami