omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ms_MY th_TH vi_VN

CGTN: Di Balik Pegunungan: Kehidupan di Xinjiang

2021-04-20 09:41

BEIJING, 20 April 2021 /PRNewswire/ -- Pegunungan Tianshan, terbentang ribuan mil di perbatasan Tiongkok Barat Laut, membelah Wilayah Otonom Xinjiang Uygur—wilayah utara yang relatif sejahtera dan wilayah selatan yang kurang berkembang. Setelah sekian lama, warga di wilayah selatan dengan populasi minoritas etnis yang lebih banyak, tidak memahami perkembangan pesat di wilayah utara, sementara, warga di wilayah utara kurang memiliki pemahaman tentang wilayah selatan, apalagi warga yang berada di luar wilayah ini.

Setelah perkembangan dan interaksi selama beberapa dekade, warga dari kedua wilayah pegunungan saling bergaul. Pegunungan adalah batas fisik yang bisa dilintasi, namun "segudang prasangka yang terdapat dalam pikiran bisa menghalangi kita untuk melihat kebenaran," kata Han Bin, Sutradara film dokumenter "Beyond the Mountains: Life in Xinjiang."

CGTN: Di Balik Pegunungan: Kehidupan di Xinjiang
CGTN: Di Balik Pegunungan: Kehidupan di Xinjiang

Berbagai serangan teroris yang berkecamuk di wilayah ini selama hampir tiga dekade telah menimbulkan kegemparan dan kecemasan bagi masyarakat di dalam dan luar wilayah tersebut. Beberapa orang dari provinsi dan wilayah Tiongkok lain memiliki pandangan miring tentang Uygur, menurut Chen Ruijun, seorang eksekutif di perusahaan konstruksi yang mendukung pembangunan Xinjiang pada 2008 dan 2009 ketika kerusuhan yang dipicu pihak ekstremis kerap terjadi. Namun, ketakutan dan prasangka negatif pelan-pelan diatasi berkat pemahaman yang lebih baik dan pembangunan yang lebih pesat.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah liputan media Barat tentang Tiongkok telah bernuansa negatif akibat keterbatasan informasi dan kurangnya aspek kepercayaan. Xinjiang, dihuni lebih dari 12 juta Uygur, telah mengalami banyak stigma dan gangguan. Liputan media asing tentang Xinjiang sebagian besar mengupas tudingan "pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah Tiongkok."

Dengan demikian, Xinjiang yang sebenarnya tenggelam dalam berita-berita menghebohkan dan sensasional, termasuk tentang "pusat-pusat tahanan" dan "kerja paksa" untuk memproduksi tekstil, tomat, dan bahkan pembangkit listrik tenaga surya. Narasi tersebut, dibumbui prasangka dan dugaan, menghasilkan segudang hal-hal negatif di pikiran banyak orang.

"Beyond the Mountains: Life in Xinjiang", sebuah film dokumenter berdurasi 80 menit, mengangkat sejumlah kisah individual, dan, secara kolektif, merangkai proses perubahan di Xinjiang. Film ini juga ingin mematahkan stereotipe dan meluruskan kesalahpahaman warga yang berada di dalam dan luar Xinjiang.

Film ini menampilkan keindahan wilayah Xinjiang yang luas, dan kehidupan modern masyarakatnya yang terdiri atas beragam kelompok etnis. Film ini memiliki empat bagian: "Changing times," "Following the money," "New generations", dan "Man and nature", mengisahkan berbagai aspek dari Xinjiang masa kini serta masyarakatnya.

Sabyt Abukhadir bermukim di Desa Zhaosu, Xinjiang sebelah utara. Berbagai generasi telah menggantungkan hidupnya dari padang rumput di dataran tinggi wilayah tersebut. Cucunya, Erjanat Nurkidir, tengah menempuh pendidikan Seni Tari di Ili Normal University. Sabyt sempat berdebat dengan sang cucu, sebab dia menilai Seni Tari hanya untuk perempuan. Perdebatan ini berakhir saat Sabyt menonton Erjanat yang menari di atas panggung. "Cucu saya ternyata sangat mahir. Saya bahkan sampai menangis karena terharu," kenangnya.

Di Xinjiang selatan, perubahan mentalitas seperti itu lebih sulit. Banyak wanita di empat prefektur di Xinjiang selatan tak pernah meninggalkan rumahnya. "Wanita yang keluar rumah untuk bekerja tidak akan bisa mencari suami," menurut pemikiran tradisional di sana.

Namun, Zileyhan Eysa, seorang petani dari Desa Kuqa, di Aksu, memutuskan untuk pergi ke wilayah utara Xijiang untuk bekerja di sebuah pabrik tekstil. Harapannya, dia bisa menghasilkan uang yang akan digunakan untuk mengobati Ibunya yang sakit berat. "Jika saya tidak datang ke sini, Ibu saya mungkin telah meninggal dunia," jelasnya.

Sejumlah kisah dalam film dokumenter ini menggambarkan perubahan di Xinjiang, dan mengangkat kiprah generasi muda yang mengusung semangat luar biasa untuk mengubah pola pikirnya. Di sisi lain, film dokumenter ini juga menampilkan kisah-kisah warga yang bekerja untuk melestarikan lahan yang dicintai mereka. Yang Zongzong memiliki hobi yang sangat "unik"—mencari dan menggolongkan setiap spesies tanaman. "Bagi saya, hobi ini merupakan apresiasi atas keindahan yang ditemukan dalam keseharian kita," katanya. Hingga kini, dia telah mengumpulkan 10.000-20.000 spesimen, mempelajari morfologi, genetika, dan ciri khas natural dari berbagai tanaman tersebut. Pertumbuhan tanaman banyak dipengaruhi oleh alam sehingga perubahan iklim apa pun akan didokumentasikan dalam pertumbuhan tanaman, serta bisa menunjukkan perubahan iklim serta kondisi alam. 

Kisah-kisah tentang dedikasi dan upaya untuk keluar dari tradisi ini sama pentingnya dengan langkah ke depan menuju masa depan yang lebih maju.

Tautan: https://news.cgtn.com/news/2021-04-16/Beyond-the-Mountains-Life-in-Xinjiang--Zui80BwyOc/index.html

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami