omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US zh_TW zh_CN id_ID ja ko_KR ms_MY th_TH vi_VN

Pencegahan Krisis Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan Hidup di Asia Pasifik dapat Menghasilkan Peluang Bisnis "Nature-Positive" Senilai US$4,3 Triliun

2021-10-06 17:53
  • Sebuah riset terbaru dari AlphaBeta, Temasek, dan Forum Ekonomi Dunia memperkirakan, 63% PDB Asia Pasifik, US$19,5 triliun, terancam krisis keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup
  • Riset ini juga memerinci 59 peluang bisnis yang bermanfaat bagi alam ("nature-positive") dan menciptakan valuasi bisnis senilai US$4,3 triliun serta membuka 232 juta lapangan pekerjaan setiap tahun di Asia Pasifik pada 2030

SINGAPURA, 6 Oktober 2021 /PRNewswire/ -- Asia Pasifik, sebuah kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati endemik dan tidak ditemukan di tempat lain di bumi, tengah mengalami krisis keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup. Asia Pasifik bahkan memiliki titik kerusakan sumber daya alam yang terbanyak di dunia[1]. Tanpa perubahan berarti, hingga 42% spesies di Asia Tenggara terancam punah, setengah dari jumlah ini akan menjadi bencana kepunahan global[2]. Transisi secara sistemis harus ditempuh demi mewujudkan masa depan lestari di Asia Pasifik. Sementara, solusi inovatif dapat menarik investasi penting yang membangun kembali hubungan kita dengan bumi.

Temasek and Ecosperity Week 2021 Logos
Temasek and Ecosperity Week 2021 Logos

Hal-hal tersebut merupakan temuan yang tercantum dalam sebuah laporan terbaru oleh AlphaBeta, Temasek, dan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum). Laporan berjudul "New Nature Economy: Asia's Next Wave" tersebut diluncurkan hari ini di ajang Ecosperity Week 2021. Laporan ini membuat analisis bisnis tentang solusi-solusi yang bermanfaat bagi alam (nature-positive) di Asia Pasifik. Analisis ini juga mempertimbangkan berbagai risiko, peluang, dan pendanaan yang diperlukan demi mewujudkan perekonomian yang bermanfaat bagi alam.

Ancaman terhadap alam adalah ancaman bagi dunia usaha

Tiga sistem sosioekonomi utama di Asia Pasifik memicu ancaman terbesar terhadap alam, namun juga menyimpan peluang terbesar untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi alam. Secara kolektif, peluang tersebut bernilai US$4,3 triliun, setara dengan 14% PDB Asia Pasifik pada 2019:

  • Praktik pengelolaan pangan, tanah, dan laut seperti yang telah berjalan selama ini tidak menjaga kelestarian alam. Kita harus mengubah cara bercocok tanam dan menangkap ikan, serta menghemat makanan dan pakaian yang dikonsumsi. Apalagi, Asia Pasifik harus menunjang jumlah penduduk yang diperkirakan bertambah menjadi 5,5 miliar jiwa pada 2050[3].

    Kita harus "mencadangkan" sumber daya alam—menambah luas tanah dan air yang terjaga dari kerusakan agar ekosistem alam bisa berkembang—dan, "berbagi" tempat dengan alam—menjamin penggunaan tanah dan air yang lebih ramah bagi keanekaragaman hayati. Pencapaian dua target ini membutuhkan penerapan dan perluasan skala 28 peluang usaha yang dapat menciptakan valuasi bisnis lebih dari US$1,6 triliun dan membuka 118 juta lapangan pekerjaan.

  • Urbanisasi telah mendorong ekspansi infrastruktur dan lingkungan binaan (built environment) secara cepat dan sering kali tidak terencana. Ekspansi ini berdampak negatif terhadap alam dan manusia. Kini, Asia memiliki 99 dari 100 kota yang menghadapi risiko lingkungan hidup terbesar[4], dan, seiring dengan maraknya urbanisasi, lingkungan binaan akan terus merusak keanekaragaman hayati dan alam jika tidak diawasi. 

    Lingkungan binaan harus lebih ramah lingkungan dan menjaga kehidupan alam liar, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Demi mencapainya, kita membutuhkan penerapan dan perluasan skala 16 peluang usaha yang dapat menciptakan valuasi bisnis lebih dari US$1,2 triliun dan membuka sekitar 65 juta lapangan pekerjaan baru.

  • Walaupun sistem energi dan industri ekstraktif telah menggerakkan pertumbuhan di kawasan ini, sektor energi, kelistrikan, dan industri juga menghasilkan 79% emisi gas rumah kaca di Asia Pasifik. Memberikan akses energi yang andal serta pencapaian target dekarbonisasi di kawasan ini akan menjadi tantangan besar. Jika kita ingin memenuhi kebutuhan penduduk di Asia Pasifik sekaligus menjaga kelestarian alam, seluruh sistem energi dan industri ekstraktif harus berubah secara drastis.

    Kita harus meningkatkan efisiensi konsumsi demi menghemat jumlah sumber daya alam yang terkuras, memperbaiki cara kita memanfaatkan sumber daya alam agar dampak negatif terhadap ekosistem bisa berkurang, dan terus beralih memakai energi terbarukan sekaligus tidak menimbulkan dampak negatif lain terhadap ekosistem. Hal-hal ini dapat terwujud jika kita menerapkan dan memperluas skala 15 peluang usaha yang dapat menciptakan valuasi bisnis lebih dari US$1,4 triliun dan membuka sekitar 49 juta lapangan pekerjaan baru.

Secara keseluruhan, 59 peluang usaha yang bermanfaat bagi alam pada ketiga sistem ini akan membutuhkan investasi senilai US$1,1 triliun per tahun. Kendati nilainya besar, namun investasi tersebut hanya sebagian kecil dari anggaran sebesar US$31,1 triliun yang ditetapkan oleh 45 negara anggota Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk penanganan pandemi Covid-19[5].

"Kita harus memangkas setengah dari jumlah emisi karbon dan mulai menghentikan kerusakan alam pada 2030 demi mencegah bencana besar. Langkah ini dapat ditempuh dengan model-model bisnis yang mandiri (self-sustaining) dan berdaya tahan dari sisi ekonomi," ujar Dr. Steve Howard, Chief Sustainability Officer , Temasek. "Komunitas bisnis dan investasi harus bekerja sama dengan kalangan pemerintah dan masyarakat sipil. Secara kolektif, kita dapat mewujudkan pendanaan yang ikut menggerakkan pertumbuhan serta bermanfaat bagi manusia, bumi, dan ekonomi."

Inovasi dan kolaborasi berperan besar menarik investasi yang menghasilkan transisi bermanfaat bagi alam

Laporan ini melibatkan sebuah survei eksklusif yang diikuti kalangan investor dan pemimpin bisnis di Asia Pasifik. Dalam survei tersebut, mereka memerinci sejumlah tantangan besar yang harus diatasi guna mewujudkan model-model bisnis yang bermanfaat bagi alam. Kendala-kendala ini secara umum digolongkan dalam empat bidang: tantangan regulasi, hambatan pasar, kesenjangan informasi, dan keterbatasan aspek pendukung investasi.

Demi mengatasi kendala-kendala ini, komunitas bisnis dan tokoh masyarakat mengusulkan sederet solusi inovatif yang mendukung investasi penting dalam dekade mendatang. Berikut tiga usulan terpenting:

  • Model baru dalam penetapan harga eksternalitas (externality pricing model) yang mencerminkan biaya riil dari eksternalitas sumber daya alam dan lingkungan hidup;
  • Keselarasan standar pelaporan tentang keanekaragaman hayati yang menjamin akuntabilitas target-target keanekaragaman hayati; dan
  • Produk dan mekanisme finansial baru, seperti model keuangan gabungan (blended finance model) dan regulasi yang menjamin kepatuhan terhadap kebijakan-kebijakan lingkungan hidup saat ini dan masa depan.

Penelitian dan pengembangan, serta dialog publik-swasta yang lebih luas akan berperan besar menciptakan dan mendukung iklim investasi yang bermanfaat bagi alam.

"Pandemi Covid-19 telah menjadi guncangan sistem yang sangat vital sehingga kita berpikir ulang tentang hubungan manusia dengan alam. Demi memulihkan masa depan yang berkelanjutan, kita harus mengalokasikan investasi dengan tepat untuk pelestarian, restorasi, dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari, serta mengutamakan layanan ekosistem," jelas Akanksha Khatri, Head, Nature Action Agenda, Forum Ekonomi Dunia. "Riset dan keterlibatan kami dengan kalangan pemerintah, sektor swasta, investor, dan masyarakat sipil menekankan bahwa kita harus menciptakan jalur kolaboratif baru demi mewujudkan perekonomian yang bermanfaat bagi alam."

"Krisis keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup menjadi kekhawatiran besar bagi dunia usaha di Asia Pasifik. Seluruh bukti-bukti menunjukkan, skenario tanpa perubahan berarti bukan lagi sebuah pilihan," tegas Dr. Fraser Thompson, Pendiri dan Managing Director, AlphaBeta. "Laporan ini memuat kabar baik, yakni dunia usaha tak hanya berpeluang memperkuat daya tahan operasional dan ikut menjaga kelestarian alam, namun juga menciptakan peluang pertumbuhan baru. Aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan antara pelaku bisnis, pemerintah, dan masyarakat sipil di Asia Pasifik dapat mewujudkan peluang yang bermanfaat bagi alam."

Laporan AlphaBeta, Forum Ekonomi Dunia, dan Temasek dapat diunduh lewat tautan https://bit.ly/NewNatureEconomy 

Tentang AlphaBeta

AlphaBeta adalah konsultan strategi dan ekonomi yang melayani berbagai klien di seluruh dunia dari kantor pusatnya di Singapura.

Tentang Temasek

Temasek merupakan perusahaan investasi dengan nilai portofolio bersih sebesar S$381 miliar (US$283 miliar) pada 31 Maret 2021. Temasek menjalani tiga peran sebagai investor, institusi, dan steward, seperti yang tercantum dalam Anggaran Dasar Temasek. Ketiga peran ini merumuskan etos Temasek, yakni bekerja dengan baik, bertindak dengan benar, dan berbuat kebaikan. Temasek giat mencari berbagai solusi lestari yang dapat mengatasi tantangan-tantangan masa kini dan masa depan. Hal ini dilakukan Temasek lewat investasi dan peluang lain yang ikut mewujudkan dunia yang lebih baik, cerdas, dan lestari. Berkantor pusat di Singapura, Temasek juga memiliki 13 kantor di seluruh dunia. Informasi lebih lanjut tentang Temasek tersedia di www.temasek.com.sg.

Tentang Forum Ekonomi Dunia

Forum Ekonomi Dunia (WEF) berkomitmen memperbaiki kondisi dunia melalui kerja sama publik-swasta. Forum ini melibatkan berbagai pemimpin politik, bisnis, dan tokoh-tokoh masyarakat lain untuk merancang berbagai agenda global, regional, dan industri. (www.weforum.org).

[1] https://encore.naturalcapitalfinancealliance.org/map?view=hotspots

[2] https://www.fao.org/fileadmin/templates/rap/files/NRE/Forestry_Group/1_Forests_for_a_greener_future.pdf

[3] https://population.un.org/wpp/DataQuery/

[4] https://www.maplecroft.com/insights/analysis/asian-cities-in-eye-of-environmental-storm-global-ranking/

[5] https://covid19policy.adb.org/

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami