BEIJING, 20 Oktober 2021 /PRNewswire/ -- Saat Putu Onishi, 53 tahun, Kepala Distrik Navigasi Kelas II Layanan Lalu Lintas Pelayaran Benoa, Indonesia, mengenang program pelatihan operator VTS di Shanghai pada 2014, dia sangat terkesan, "Program tersebut sangat bagus..dan sangat bermanfaat, memberikan pengetahuan operasional VTS yang mendukung tugas keseharian kami."
Program pelatihan yang dimaksud Putu Onishi adalah Program Peningkatan Kompetensi bagi Operator VTS di Selat Lombok dan Selat Sunda. Digelar oleh China Maritime Safety Administration (MSA), bersama Shanghai Maritime Safety Administration dan Shanghai Maritime University (SMU), program pelatihan ini menjadi program kerja sama perdana antara Tiongkok dan Indonesia di bidang pertukaran dan pelatihan personel maritim.
Layanan lalu lintas pelayaran (vessel traffic services/VTS) adalah sistem di sisi pantai yang terdiri atas pengiriman informasi sederhana kepada kapal hingga pengelolaan lalu lintas pelayaran secara lengkap di sebuah pelabuhan atau jalur laut.[1] Sebagai metode penting dalam navigasi canggih, VTS telah berkembang pesat di banyak negara, termasuk Indonesia, negara yang sangat memerlukan VTS.
Pada 2013, Pertemuan Komite Teknis tentang Kerja Sama Maritim Tiongkok-Indonesia Kedelapan digagas demi mempererat kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia, terutama di bidang-bidang keamanan navigasi, keselamatan maritim, pertukaran kapal, riset ilmiah tentang laut, pelestarian alam, dan perikanan. Peluncuran Program Peningkatan Kompetensi bagi Operator VTS di Selat Lombok dan Selat Sunda pada 2014 juga menjadi bagian dari kerja sama ini.
Dalam program pelatihan selama dua minggu, dari 30 November-13 Desember 2014, Putu Onishi dan 15 rekannya dari Selat Lombok dan Selat Sunda menuntaskan studi teoretis selama satu minggu di SMU, lalu terlibat dalam praktik simulasi kerja, mengikuti kuliah di ruang kelas, dan diskusi kelompok di pusat VTS. Mereka juga berkunjung ke beberapa objek wisata di Shanghai.
"Kegiatan pelatihan sangat lengkap dan bervariasi, berawal dari pagi hingga sore hari. Di malam hari dan keesokannya, aktivitas kami pun berlanjut. Waktu berjalan cepat untuk setiap sesi kegiatan!" ujar Onishi.
Di antara kegiatan-kegiatan ini, Onishi paling terkesan ketika berkunjung ke Pusat VTS Wusong dan Yangshan. "Saya berkunjung ke dua pusat VTS ini dan membandingkan VTS di kedua negara. Saya belajar banyak hal tentang VTS di Shanghai."
Inilah yang menjadi tujuan program tersebut. Dengan segala perbedaan VTS antara Tiongkok dan Indonesia, program ini ingin meningkatkan kepercayaan kedua negara melalui kegiatan pertukaran dan sesi belajar bersama.
"Program ini juga meningkatkan kapasitas penegakan hukum di instansi transportasi dan maritim kedua negara, berkoordinasi tentang penegakan hukum kelautan regional, serta sama-sama menjaga keamanan laut dan wilayah pelayaran penting," kata Hu Mengfu, seorang peserta pelatihan asal Shanghai Maritime Safety Administration. "Bahkan, program pelatihan ini mempererat persahabatan antara staf dari Tiongkok dan Indonesia, serta menjadi landasan positif untuk kerja sama yang lebih luas dan kerja sama pada jenjang yang lebih tinggi antara kedua negara di bidang pengelolaan maritim."
Sejak program pelatihan operator VTS yang pertama pada 2014, Tiongkok kembali menggelar tiga program pada 2017, 2018 dan 2019. Para peserta program juga diperluas dari Indonesia hingga negara-negara ASEAN dan Asia Selatan, seperti Pakista dan Sri Lanka.
Tahun lalu, Pertemuan Menteri ASEAN dan Tiongkok Ke-19 menjanjikan implementasi proyek kerja sama transportasi maritim pada 2021, termasuk Pelatihan Operator VTS Kelima.
Program Pelatihan Operator VTS Kelima terbuka bagi seluruh negara ASEAN. Menurut Hu, program tahun ini berlangsung pada Agustus dan Oktober, serta memadukan sesi pelatihan daring dan luring.
Mengingat pandemi yang masih berlanjut, Tiongkok juga menjajaki penggunaan teknologi Virtual Reality (VR) dan mengadakan pelatihan jarak jauh bagi operator VTS. "Teknologi VR cocok untuk latihan simulasi operator dengan skenario riil. Kami telah mempromosikan penggunaan teknologi VR dalam program pelatihan operator VTS. Hingga kini, kami telah menyelesaikan pembuatan skenario simulasi praktis pada platform VR baru. Pada masa pandemi, teknologi VR akan sangat bermanfaat bagi pelatihan operator VTS," jelas Hu.
Putu Onishi juga merasa optimis tentang prospek program pelatihan operator VTS. "Saya yakin bahwa manfaat dari program ini akan diperoleh kedua negara, Republik Rakyat Tiongkok dan Republik Indonesia. Kami telah belajar banyak hal dari Tiongkok tentang teknologi maritim. Kerja sama ini harus berlanjut dalam jangka panjang atau bahkan selama-lamanya."
"Tiongkok dan Indonesia tidak boleh terpisah. Kita harus bekerja sama," lanjut Onishi.
[1] Dikutip dari International Martime Organization, https://www.imo.org/en/OurWork/Safety/Pages/VesselTrafficServices.aspx, 18 Agustus 2021. |