CGTN: Hari Ibu: Kisah Xi Jinping dan Ibundanya

BEIJING, 10 Mei 2022 /PRNewswire/ -- Pada Hari Ibu Sedunia, diperingati Minggu kedua pada Mei setiap tahun, berbagai orang di seluruh dunia berbagi kisah tentang ibu mereka, serta mengucapkan kasih sayang dan terima kasih kepada sosok yang melahirkannya ke dunia.

Orang tua menjadi panutan bagi anak-anak, dan hal ini juga berlaku bagi Presiden Tiongkok Xi Jinping.

Xi mengenang kisah tentang ibunya Qi Xin yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya.

Lahir pada 1926, Qi bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok (CPC) pada 1943 ketika berusia 17 tahun, dan menjadi pendukung setia nilai dan prinsip Partai.

"Orang tua dan lansia harus mewariskan budi pekerti kepada anak-anaknya saat masih berusia muda, membantu mereka membangun integritas moral dan niat baik. Dengan demikian, mereka dapat menjadi orang yang berkontribusi kepada negara dan masyarakat umum," kata Qi.

"Melayani negara dengan setia"

Ketika Xi masih berusia enam tahun, sang ibu memberikannya buku bergambar dan menuturkan kisah tentang Yue Fei, seorang jenderal legendaris yang bertempur mempertahankan negara dengan setia pada masa Dinasti Song Selatan (1127-1279).

Ibu Xi lalu menceritakan ibu Yu Fei yang menato empat aksara Mandarin pada punggung anaknya. Aksara ini memiliki arti "melayani negara dengan setia".

"Saat itu, saya berkata, Yue Fei pasti sangat kesakitan saat ditato pada bagian punggung," kenang Xi. "Namun, ibu saya berkata, meski kesakitan, Yu Fei mengenangnya dengan sepenuh hati."

Sejak itu, Xi menjadikan kata-kata tersebut sebagai tujuan hidupnya.

Bakti terbesar

Sebagai anak yang berbakti, Xi berbincang-bincang dengan sang ibu dan mengajaknya berjalan kaki jika memiliki waktu luang. Sebuah foto menunjukkan momen ketika Xi berpegangan tangan dengan sang ibu. Foto ini terpampang di lemari buku Xi.

Pada Imlek 2001, Xi, saat itu menjabat Gubernur Provinsi Fujian, Tiongkok Tenggara, tidak dapat berkumpul bersama orang tuanya karena masih bekerja. 

Qi menelepon anaknya, dan berkata, selama dia bertugas sebaik-baiknya, dia telah menunjukkan bakti terbesar kepada dirinya dan sang ayah.

Kata-kata tersebut sangat menginspirasi Xi untuk melayani masyarakat dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang bahagia bagi keluarga Tiongkok.

Xi telah berkali-kali mengatakan bahwa dia "mengasihi rakyat seperti dia mencintai orang tuanya."

Mewariskan tradisi keluarga

Qi menjalani kehidupan yang bersahaja, dan hal ini menjadi tradisi keluarga. Gaya hidup dan suasana keluarga menjadi panduan hidup Xi.

"Seseorang yang tidak tergoda korupsi dan memiliki disiplin diri akan menjadi orang yang berani. Kejujuran adalah sebuah karunia, dan keserakahan adalah kutukan. Seseorang harus memiliki pandangan yang tepat tentang kekuasaan, status, dan kepentingan," tulis Qi dalam sebuah surat kepada Xi, mengingatkannya tentang disiplin.

Xi telah menerapkan keyakinan ini pada ideologi dan praktik tata kelola pemerintahan.

Pada 2000, Qi menetap selama 40 hari dan berkunjung ke basis revolusi CPC di Shaanxi, Gansu, dan Ningxia. Di Zhaojin, pusat basis revolusi ini, dia menyaksikan sebuah ruang kelas yang rusak di sekolah dasar setempat. Lalu, Qi mengerahkan keluarganya untuk menyumbangkan RMB 150.000 dalam rangka renovasi sekolah tersebut.

Pada Mei 2018, siswa sekolah tersebut menuliskan surat kepada Xi, serta melaporkan kegiatan belajar dan perkembangan sekolah. Satu minggu setelahnya, Presiden Xi pun membalas surat tersebut, mendorong mereka untuk mewarisi dan melestarikan semangat CPC dengan langkah konkret.

Hari Ibu: Kisah Xi Jinping dan sang ibunda. Orang tua menjadi panutan bagi anak-anak, dan hal ini juga berlaku bagi Presiden Tiongkok Xi Jinping