omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ms_MY th_TH

Johnson Controls Nilai Daya Saing sebagai Penggerak Utama bagi Perusahaan di Asia Tenggara yang Memprioritaskan Aspek Keberlanjutan

2022-06-16 12:00
  • Survei menunjukkan, 70% dari 246 pemimpin strategi keberlanjutan di empat negara di Asia Tenggara semakin memprioritaskan aspek keberlanjutan dalam dua tahun terakhir, hal ini didorong faktor daya saing untuk menarik pelanggan
  • Sebanyak 91% responden menilai gedung dan tempat kerja yang hemat energi sebagai prioritas investasi dalam tiga tahun mendatang
  • Lima kendala terbesar yang kini dihadapi perusahaan termasuk mengelola berbagai pihak yang terlibat, belum menyusun rencana strategis, belum memiliki mitra eksternal, memahami ketentuan dari kebijakan yang selalu berubah, serta kesulitan memperluas skala. 

SINGAPURA, 16 Juni 2022 /PRNewswire/ -- Johnson Controls (NYSE: JCI), pemimpin global di sektor gedung berteknologi pintar (smart building), sehat dan berkelanjutan, telah meluncurkan temuan dari riset global yang mengevaluasi perkembangan berbagai perusahaan dalam mencapai target-target keberlanjutan. Riset ini menunjukkan, aspek keberlanjutan kini menjadi prioritas utama dalam investasi bisnis di seluruh dunia.

Hal ini terlihat secara konsisten di seluruh wilayah, termasuk Asia Tenggara. Di wilayah tersebut, 70% dari 246 pemimpin bisnis yang disurvei di Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Thailand memprioritaskan aspek keberlanjutan. Temuan riset ini berasal dari wawancara dan survei daring Forrester Consulting, lembaga yang ditugasi dan berkolaborasi dengan Johnson Controls. Riset ini menilai, daya saing menjadi penggerak utama di balik prioritas tersebut.

"Survei ini secara jelas menunjukkan sikap pemimpin bisnis di Asia Tenggara yang kini memprioritaskan aspek keberlanjutan. Di antara berbagai jenis inisiatif keberlanjutan yang tengah dijalankan, gedung dan tempat kerja yang hemat energi merupakan agenda terutama. Sebanyak 91% pemimpin bisnis menilai hal tersebut sebagai prioritas investasi dalam tiga tahun ke depan," ujar Charles Lim, Leader, Asia Tenggara, Johnson Controls. "Lebih dari tiga perempat responden memiliki target penurunan emisi karbon sebesar 26% atau lebih pada portofolio gedungnya; dan, 11% responden ingin mencapai emisi nol karbon (net-zero) atau negatif (carbon negative)."


Meski berbagai perusahaan menyadari manfaat dari praktik keberlanjutan, banyak perusahaan belum mengetahui langkah awal untuk mempersiapkan transformasi bisnis penting tersebut. Lima kendala terbesar yang kini dihadapi perusahaan termasuk mengelola berbagai pihak yang terlibat, belum menyusun rencana strategis, belum memiliki mitra eksternal, memahami ketentuan dari kebijakan yang selalu berubah, serta kesulitan memperluas skala. 


Survei tersebut juga menemukan, hanya 18% responden di Asia Tenggara memiliki perangkat lunak pelaporan ESG untuk mengukur perkembangan yang telah tercapai. Sementara, 41% responden menilai perusahaannya belum memiliki keahlian internal sehingga menghambat upaya memonitor emisi karbon secara efektif.

"Demi mencapai dekarbonisasi, perusahaan harus menyesuaikan prioritas dengan tuntutan banyak pemangku kepentingan, berkolaborasi dengan mitra untuk mengembangkan perencanaan aspek keberlanjutan secara transparan, serta mengidentifikasi metrik dan menggunakan perangkat yang dapat memantau perkembangan perusahaan," jelas Mei Peng Hor, Business Development Director, Sustainable Infrastructure, Asia Pasifik, Johnson Controls. "Semakin banyak klien ingin mempermudah proses tersebut, dan mengalihkan komitmen keberlanjutan dan risiko untuk mencapai target kepada mitra eksternal yang memiliki kemampuan, skala, dan ekosistem. OpenBlue Net Zero Buildings as a Service dari Johnson Controls, misalnya, telah membantu University of Hawaii mengurangi penggunaan energi sebesar 80% di empat kampus, serta menghemat US$ 80 juta melalui proyek retrofit energi dan solusi energi terbarukan."


Menurut survei global ini, Amerika Utara menjadi wilayah yang paling agresif dalam target penurunan target. Meski urgensi di sektor swasta semakin meningkat di Asia Tenggara, masih banyak langkah yang harus diambil. Publikasi "ASEAN State of Climate Change Report" menunjukkan, hingga kini, "masih terdapat kesenjangan besar dalam implementasi dan ambisi" dalam penurunan target emisi pada 2030 dan tren emisi karbon.

Temuan riset global "Race to Decarbonization Survey" yang selengkapnya tersedia di: 
www.johnsoncontrols.com/forresterstudy

Informasi lebih lanjut tentang cara Johnson Controls mempermudah pemimpin bisnis mencapai emisi nol karbon tersedia di: 
www.johnsoncontrols.com/en_sg/openblue/net-zero-buildings

Tentang Johnson Controls:

Di Johnson Controls (NYSE:JCI), kami mengubah lingkungan sebagai tempat masyarakat bermukim, bekerja, belajar, dan bermain. Sebagai pemimpin global dalam industri gedung berteknologi canggih, sehat, dan berkelanjutan, misi kami adalah meningkatkan kinerja sebuah bangunan demi melayani masyarakat, lingkungan, dan bumi.

Berpengalaman lebih dari 135 tahun dalam menghadirkan inovasi, Johnson Controls merumuskan rencana masa depan bagi berbagai industri, seperti layanan kesehatan, pendidikan, pusat data, bandara, stadion, dan manufaktur, serta menawarkan layanan digitalnya, OpenBlue. Didukung tim global yang beranggotakan 100.000 ahli di lebih dari 150 negara, Johnson Controls menawarkan portofolio teknologi, perangkat lunak, dan layanan gedung terlengkap di dunia, serta telah digunakan oleh beberapa perusahaan bereputasi di industrinya. Informasi lebih lanjut tersedia di www.johnsoncontrols.sg atau ikuti Johnson Controls Asia Pacific di LinkedIn.

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami