omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US zh_TW id_ID ko_KR ms_MY th_TH vi_VN

Global Times: kunjungan penting Xi ke Asia Tengah perlihatkan visi strategis Tiongkok, melengkapi ajang SCO Summit dengan "harapan, peluang, dan kepastian"

2022-09-19 08:43

BEIJING, 19 September 2022 /PRNewswire/ -- Presiden Tiongkok Xi Jinping melakukan kunjungan kenegaraan yang pertama sejak pandemi Covid-19 terjadi, tepatnya ke Asia Tengah. Dia juga menghadiri acara Shanghai Cooperation Organization (SCO) Summit. Kegiatan diplomatik penting ini menarik perhatian di seluruh dunia, serta melengkapi ajang multilateral berskala besar yang berlangsung di Samarkand tersebut. Xi juga kerap mengadakan pertemuan bilateral dengan pemimpin negara anggota SCO dan mitra-mitra penting di Eurasia.

Kamis lalu, sejumlah kepala negara dan pemimpin negara yang telah ditemui Xi dalam kunjungannya termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev, Presiden Kyrgyzstan Sadyr Zhaparov, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Turkmenistan Serdar Berdimuhamedov, Presiden Mongolia Ukhnaa Khurelsukh, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev. Mitra regional dan anggota penting SCO mendukung inisiatif yang digagas Tiongkok tentang pembangunan dan keamanan global, serta memperkuat dukungannya terhadap prinsip Satu-Tiongkok (one-China).

Menurut para pakar, alasan di balik keputusan Tiongkok memilih Asia Tengah sebagai tujuan kunjungan kenegaraan pemimpin negaranya sejak awal pandemi Covid-19 adalah Tiongkok semakin mengutamakan bahkan memprioritaskan hubungan dengan negara tetangga, negara berkembang, serta organisasi multilateral atau internasional, seperti SCO.

Tiongkok sangat berupaya, lewat diplomasi kepala negara, untuk meningkatkan lingkungan internasional yang stabil dan memiliki kepastian. Kondisi tersebut tak hanya kondusif bagi pembangunan nasionalnya, namun juga perdamaian dan kesejahteraan bersama di tingkat regional, serta mayoritas komunitas internasional, menurut para analis.

Popularitas dan pesona

Saat bertemu dengan Putin, Xi berkata bahwa Tiongkok siap bekerja sama dengan Rusia dan saling mendukung dalam isu-isu yang terkait dengan kepentingan utama kedua negara. Tiongkok juga ingin memperluas kerja sama pragmatis di sejumlah bidang, seperti perdagangan, pertanian, dan konektivitas, seperti yang disampaikan Xi.

Komunikasi mendalam secara tatap muka antara para pemimpin tertinggi Tiongkok-Rusia Kamis lalu—dua negara adidaya yang bertetanggaan, serta anggota penting SCO yang memiliki pengaruh global—tidak hanya berperan penting dalam perkembangan bilateral yang stabil, namun juga bermanfaat bagi perdamaian dan stabilitas regional, menurut para pakar.

Pada 2013, Xi pertama kali menggagas "Silk Road Economic Belt", bagian dari "Belt and Road Initiative" (BRI), ketika berkunjung ke Kazakhstan. Inisiatif ini telah menguntungkan banyak pembangunan negara di seluruh dunia selama 10 tahun terakhir. Kali ini, aktivitas diplomatik Xi ke Asia Tengah juga akan membawa pengaruh jangka panjang yang besar, tak hanya bagi wilayah tersebut, namun juga dunia, seperti yang dipaparkan para pakar.

Deng Hao, Sekretaris Jenderal, China Center for SCO Studies, menyampaikan pandangannya kepada Global Times, Kamis lalu, dan mengatakan, Tiongkok dan negara-negara Asia Tengah merupakan tetangga yang bersahabat, serta mitra yang memiliki keakraban. Kondisi di wilayah ini secara langsung berpengaruh pada stabilitas dan perkembangan kawasan Barat di Tiongkok. Dia juga menambahkan, kondisi Asia Tengah juga berperan penting dalam ketahanan energi serta pembangunan "Belt and Road". Jadi, Tiongkok memilih Asia Tengah sebagai tujuan kunjungan kenegaraan pertama yang dilakukan kepala negaranya sejak 2020. Keputusan ini menunjukkan, Tiongkok sangat mementingkan hubungannya dengan mitra regional, seperti disampaikan Deng.

Sejak konflik Rusia-Ukraina dan gejolak politik di Kazakhstan terjadi pada awal tahun ini, perdamaian dan stabilitas regional pun mendapat ancaman. Konflik antara Azerbaijan dan Armenia dalam beberapa tahun terakhir turut meningkatkan risiko dan kekhawatiran di wilayah tersebut. Maka, Tiongkok, sebagai negara besar yang memiliki kekuatan nasional dan ekonomi, harus semakin berperan mempromosikan kerja sama, serta meningkatkan interkonektivitas yang mempererat hubungan Asia Timur, Asia Tengah, Eropa, Timur Tengah, dan Asia Selatan, menurut para pakar.

"Itu sebabnya, presiden Tiongkok sangat populer di wilayah dan negara lain yang memiliki kepentingan untuk menjadi anggota atau bermitra dengan SCO. Pertemuan bilateral dan multilateral yang kerap berlangsung ini memperlihatkan pesona dari diplomasi kepala negara Tiongkok," catat Deng.

Xi pun mendapatkan sambutan hangat dan keramahan yang sangat baik di Kazakhstan dan Uzbekistan. Rabu sore lalu, Xi bahkan meraih Order of the Golden Eagle, atau Bintang Kehormatan "Altyn Qyran" dari Presiden Kazakhstan Tokayev di Ak Orda Presidential Palace, Nur-Sultan, seperti yang diberitakan Xinhua. Bintang kehormatan ini merupakan penghargaan tertinggi di Kazakhstan untuk sosok yang berkontribusi besar terhadap pembangunan nasional Kazakhstan, dan hubungan eksternal yang penuh persahabatan.

Tokayev turut menyampaikan sambutan sebelum menyerahkan bintang kehormatan tersebut. Menurutnya, kunjungan Xi merupakan kehormatan besar bagi Kazakhstan, seperti yang diberitakan Xinhua.

Xi mengemukakan sejumlah inisiatif penting, termasuk kerja sama "Belt and Road", serta upaya membangun komunitas dengan masa depan bersama demi umat manusia sebagai kontribusi luar biasa dalam membangun hubungan internasional jenis baru. Menurut Tokayev, Global Development Initiative dan the Global Security Initiative yang turut digagas Xi, memiliki arti yang sangat strategis dalam mengatasi risiko dan tantangan yang dihadapi dunia saat ini.

Kamis lalu, Xi juga menerima bintang kehormatan tertinggi dalam bidang persahabatan—Friendship Order—dari Presiden Uzbekistan Mirziyoyev. Untuk pertama kalinya, bintang kehormatan ini diserahkan kepada seseorang sejak digagas pada Maret 2020, seperti yang diberitakan China Central Television.

Mirziyoyev pun menggelar acara penyambutan yang meriah bagi Xi di bandara, Rabu sore. Hampir 1.000 bendera Tiongkok dan Uzbekistan berkibar dalam acara tersebut. Karpet sepanjang ratusan meter juga digunakan sebagai penghormatan kepada tamu agung, seperti yang diberitakan Xinhua.

Diplomasi kepala negara

Ajang SCO Summit merupakan ajang internasional dan multilateral penting bagi pemimpin tertinggi Tiongkok menjelang Kongres Nasional Ke-20 Partai Komunis Tiongkok (CPC) pada Oktober mendatang, serta G20 Summit tahun ini.

Wang Yiwei, Director, Institute of International Affairs, Renmin University of China, menyampaikan pandangannya kepada Global Times, Kamis lalu, dan mengatakan, SCO merupakan organisasi internasional jenis baru yang menjunjung ide dan pandangan baru tentang keamanan, pembangunan, serta hubungan internasional.

SCO berperan besar bagi negara-negara anggotanya untuk menyelesaikan isu perbatasan wilayah, secara kolektif menangkal terorisme, separatisme, dan gerakan ekstrem keagamaan, atau yang dijuluki "tiga poros kejahatan". SCO juga memiliki andil dalam meningkatkan kerja sama ekonomi dan interkonektivitas. Jadi, Tiongkok dan negara anggota SCO berkontribusi terhadap kesejahteraan publik di tengah komunitas internasional, menurut Wang.

"Saat ini, dunia masih menghadapi ancaman dari paham-paham lama, seperti mentalitas Perang Dingin, konfrontasi antarblok, serta isolasi yang terjadi di perekonomian besar. Maka, SCO menawarkan alternatif penting dalam tatanan internasional masa depan, serta ikatan yang terjalin antara negara besar," kata Wang. Dia juga menjelaskan, hal tersebut turut menjadi alasan di balik keputusan pemimpin tertinggi Tiongkok yang memilih SCO Summit sebagai kunjungan kenegaraan pertamanya sejak 2020.

Konferensi tingkat tinggi yang berlangsung secara tatap muka ini memfasilitasi perbincangan dan pertukaran pandangan yang lebih lugas di antara pemimpin negara. Hal tersebut juga sangat berperan bagi negara-negara anggota untuk mencapai konsensus, serta mengambil langkah bersama terkait isu penting di tingkat internasional dan regional, terutama dalam konteks situasi internasional yang tidak stabil, menurut Deng.

"Popularitas kepala negara Tiongkok dalam kunjungan tersebut juga membuktikan, banyak negara menaruh keyakinan pada perkembangan Tiongkok, dan mereka berharap, Tiongkok dapat memainkan peran yang lebih besar dalam masa depan pembangunan regional," jelas Deng.

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami