Penelitian terbaru GSMA Intelligence mengungkapkan bahwa biaya spektrum seluler di Indonesia telah meningkat secara signifikan, sehingga menjadi ancaman besar bagi operator seluler yang ingin berinvestasi dalam infrastruktur digital di masa depan
JAKARTA, Indonesia, 8 November 2023 /PRNewswire/ - Dengan semakin dekatnya lelang spektrum seluler di Indonesia, sebuah laporan baru dari asosiasi industri seluler global, GSMA, telah memperingatkan bahwa peta jalan transformasi digital Indonesia dapat terhambat, kecuali jika Indonesia mengkaji ulang cara menentukan harga spektrum seluler 5G.
Dalam skenario terburuk, analisis dari GSMA Intelligence memperkirakan bahwa sekitar sepertiga dari manfaat sosio-ekonomi dari 5G, sekitar $14 miliar (Rp216 triliun) dalam produk domestik bruto (PDB) Indonesia dapat hilang pada 2024-2030, jika harga pita spektrum baru mencerminkan harga lelang sebelumnya.
Laporan baru yang diluncurkan hari ini, berjudul: "Penetapan harga spektrum yang berkelanjutan untuk meningkatkan ekonomi digital Indonesia", menunjukkan bahwa sejak 2010 estimasi biaya spektrum tahunan untuk operator seluler telah meningkat lebih dari lima kali lipat di negara ini, sebagai akibat dari pembayaran terkait lelang dan biaya spektrum yang terkait dengan perpanjangan lisensi. Sebaliknya, pertumbuhan pendapatan industri tidak sejalan dengan pendapatan rata-rata per pelanggan seluler unik, yang telah menurun sebesar 48% selama periode yang sama (dalam USD). Selain itu, biaya spektrum yang disesuaikan setiap tahun dengan inflasi pun terus meningkat.
Biaya terkait spektrum di Indonesia sudah cukup tinggi. Biaya spektrum yang disetahunkan terhadap pendapatan berulang seluler saat ini mencapai 12,2%, dibandingkan dengan APAC dan nilai median global, yaitu masing-masing sebesar 8,7% dan 7,0%. Dengan pasokan spektrum yang akan meningkat secara signifikan di Indonesia, analisis GSMA menunjukkan bahwa untuk menghindari biaya total yang membengkak, penurunan harga satuan spektrum sangatlah penting. Jika tidak, operator akan kesulitan untuk melakukan investasi signifikan yang diperlukan untuk pengembangan 5G. Hal ini akan mengakibatkan peluncuran jaringan yang lebih lambat dan pengalaman seluler konsumen yang lebih buruk yang akan datang dari aplikasi-aplikasi baru yang mendukung seluler 5G.
Untuk mencegah hal ini terjadi, laporan GSMA memberikan tiga rekomendasi penting kepada pemerintah Indonesia:
1. Harga Cadangan yang Lebih Rendah: GSMA merekomendasikan untuk menetapkan harga cadangan yang lebih konservatif untuk lelang pita spektrum baru yang akan datang. Biaya spektrum di Indonesia telah meningkat secara signifikan dalam satu dekade terakhir dan hal ini menjadi ancaman besar bagi perkembangan layanan seluler di masa depan. Dengan menetapkan harga cadangan di bawah perkiraan nilai pasar, pemerintah dapat memberikan ruang untuk penemuan harga dan mengurangi risiko spektrum yang tidak terjual. Jika ada pertanggungan atau kewajiban lainnya, biaya terkait harus diperhitungkan dalam harga cadangan dan biaya tahunan.
2. Meninjau Biaya Spektrum Tahunan: Langkah penting selanjutnya adalah evaluasi formula yang mengatur biaya spektrum tahunan. Pemerintah harus mempertimbangkan bagaimana parameter dalam formula saat ini dapat disesuaikan untuk memberikan insentif jangka panjang yang tepat dan menghindari kenaikan biaya yang tidak proporsional yang tidak sesuai dengan kondisi pasar.
3. Peta Jalan Spektrum Jelas yang Siap Menghadapi Masa Depan: Indonesia harus membangun fondasi yang kuat untuk ekosistem selulernya dengan menyusun peta jalan spektrum yang jelas dan komprehensif. Hal ini tidak hanya mempertimbangkan pita saat ini, tetapi juga kebutuhan jangka panjang, khususnya untuk spektrum pita menengah. Pandangan ke depan ini akan memberikan operator seluler kepastian yang dibutuhkan untuk mempersiapkan rencana investasi dan mengembangkan strategi untuk penyebaran jaringan.
Julian Gorman, Kepala Wilayah Asia Pacific, GSMA mengatakan: "Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar dan tercepat di kawasan Asia Pasifik, yang menjadi bukti bahwa pemerintah telah memprioritaskan infrastruktur TIK dengan baik, termasuk dengan selesainya peluncuran 4G dan pengembangan jaringan 5G. Meskipun demikian, peluncuran 5G di Indonesia akan membutuhkan waktu, hal ini mencerminkan pendekatan nuansa negara mengingat kondisi geografis dan kesiapan pasarnya. Menurut perkiraan kami, 5G akan mencapai 80% populasi pada 2030.
"Dengan semakin dekatnya lelang spektrum seluler 5G yang baru, kami mendesak pemerintah untuk terus memberikan insentif bagi investasi industri dalam bidang infrastruktur digital yang siap menghadapi masa depan, yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan manfaat sosial yang besar bagi masyarakat. Agar 5G dapat berhasil di Indonesia, pemerintah harus fokus pada kebijakan-kebijakan pendukung yang tepat, termasuk penyediaan spektrum dan penetapan harga. Hal ini membutuhkan kerangka peraturan yang disusun dengan baik untuk mencapai kesuksesan lelang, yang memberikan keuntungan yang adil bagi pemerintah dan mendorong pertumbuhan digital."
Meskipun cakupan 4G di Indonesia yang sangat mengesankan dengan mencapai 97%, namun peluncuran jaringan 5G di Indonesia masih dalam tahap awal dan saat ini baru menjangkau 15% dari total populasi. Kesenjangan ini diperparah dengan kurangnya spektrum seluler saat ini, terutama pada pita menengah (1-7 GHz) untuk menyediakan layanan pita lebar seluler berkecepatan tinggi di daerah perkotaan yang padat penduduknya dan pita rendah (di bawah 1GHz) untuk konektivitas yang lebih baik serta lebih terjangkau di daerah pedesaan.
Oleh karena itu, untuk mendukung ambisi digital Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana untuk memberikan beberapa pita frekuensi dalam dua tahun ke depan termasuk 700 MHz, 2,6 GHz, dan 3,5 GHz, serta frekuensi mmWave di pita 26 GHz. Spektrum tambahan ini akan meningkatkan lebih dari dua kali lipat total pasokan spektrum seluler saat ini.
Narahubung: Kantor Pers GSMA; pressoffice@gsma.com
Logo - https://mma.prnasia.com/media2/1882833/4392524/GSMA_Logo.jpg?p=medium600