omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ja ko_KR ms_MY th_TH vi_VN

CGTN: Apa peran Tiongkok dalam pemberantasan Covid-19 di dunia?

2021-02-18 00:39

BEIJING, 17 Februari 2021 /PRNewswire/ -- Pandemi Covid-19, melanda seluruh negara, telah memperlihatkan cara Tiongkok dalam mengatasi tantangan global ini dan visi negara tersebut untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.

Tiongkok tampil sebagai negara besar pertama yang berhasil menghambat virus penyebar penyakit ini, dan satu-satunya perekonomian besar yang mencatatkan pertumbuhan positif pada tahun lalu. Dengan demikian, Tiongkok telah berada di garis depan dalam pemberantasan Covid-19 di dunia—meyakini bahwa Covid-19 tak mengenal batas wilayah dan sulit dikalahkan tanpa bekerja sama.

"Setelah menjalani masa-masa sulit selama satu tahun, kita semakin memahami pentingnya sebuah komunitas yang memiliki masa depan bersama untuk kemanusiaan," kata Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pidato Tahun Barunya pada hari terakhir tahun 2020.

Pandemi telah menghalangi Xi untuk berkunjung ke luar negeri, namun presiden Tiongkok ini masih sibuk melakukan diplomasi sepanjang tahun lalu. Dia melakukan 87 pertemuan virtual dan panggilan telepon dengan berbagai pemimpin asing dan kepala organisasi internasional. Xi juga menghadiri 22 pertemuan bilateral atau multilateral dalam format "cloud diplomacy", serta mendorong solidaritas dan kerja sama guna menangani krisis.

"Senjata terampuh"

Tiongkok—khususnya provinsi Hubei di Tiongkok pusat dan ibu kotanya, Wuhan—sempat mendapat imbas terparah dari wabah Covid-19: Hampir 90.000 kasus terkonfirmasi telah dilaporkan di Tiongkok Daratan, dan lebih dari 4.600 orang telah meninggal dunia; berbagai warga di wilayah yang mendapat imbas terparah harus menjalani karantina selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Di sisi lain, berbagai warga di seluruh Tiongkok telah bersikap kooperatif di tengah pembatasan perjalanan, kendati di tengah hari libur Tahun Baru Imlek; produk domestik bruto (PDB) Tiongkok sempat anjlok 6,8% secara tahunan pada Triwulan I-2020. 

Dengan memprioritaskan keselamatan dan kesehatan warganya, Tiongkok bekerja keras untuk memutus mata rantai penularan virus, terlepas dari munculnya kasus sporadis pada musim dingin lalu. Kesuksesan dalam pengendalian epidemi telah berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi yang berjalan cepat. PDB Tiongkok meningkat 2,3% secara tahunan pada 2020.

Sementara, Tiongkok juga memenuhi tanggung jawabnya sebagai negara besar, dan bahu-membahu memerangi ancaman bersama yang ditimbulkan Covid-19 terhadap umat manusia.

"Solidaritas dan kerja sama adalah senjata terampuh dalam memerangi virus tersebut," ujar Xi dalam pidatonya saat membuka ajang "73rd World Health Assembly" pada Mei lalu.

"Kedua hal ini menjadi pembelajaran penting bagi dunia ketika menangani HIV/AIDS, Ebila, flu burung, influenza A (H1N1), dan beberapa epidemi besar lainnya. Solidaritas dan kerja sama merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh secara bersama-sama, termasuk semua warga dunia, guna menaklukkan virus korona baru," jelasnya lewat sambungan video.

Tiongkok telah menggalang aksi kemanusiaan terbesar di dunia sejak 1949, dan menyalurkan bantuan antivirus kepada lebih dari 150 negara dan 10 organisasi internasional, serta mengirimkan 36 tim medis ke 34 negara yang membutuhkannya. 

Dalam pidatonya di sejumlah ajang, seperti "73rd World Health Assembly", "Extraordinary China-Africa Summit on Solidarity against COVID-19", "12th BRICS Summit", "27th APEC Economic Leaders' Meeting", serta "15th G20 Leaders' Summit", Xi berkali-kali berjanji untuk menjadikan vaksin Covid-19 buatan Tiongkok sebagai "barang publik" yang mudah diakses dan terjangkau oleh semua orang di seluruh dunia.

Dan, Tiongkok menepati janji tersebut dengan menyediakan berbagai vaksin ke  sejumlah negara, termasuk Kamboja, Chile, Peru, Pakistan, Serbia, Hungaria, Equatorial Guinea, Laos, Meksiko, Zimbabwe, Republik Dominika, dan Thailand—sebagian besar merupakan negara berkembang.

"Kami mendapat kehormatan besar, dan bantuan tersebut mencerminkan hubungan kami dengan masyarakat Tiongkok," kata Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa pada minggu lalu, sewaktu dia mengucapkan terima kasih atas sumbangan Tiongkok berupa 200.000 dosis vaksin. 

Ingin mewujudkan masa depan yang lebih cerah

Selain ikut memerangi krisis kesehatan yang ditimbulkan pandemi, Tiongkok turut berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi di seluruh dunia dan peningkatan tata kelola global pada era pasca-Covid-19.

Presiden Xi mengimbau berbagai negara maju agar meningkatkan pemulihan ekonomi mulai Maret lalu, yakni ketika virus korona menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.

"Saya ingin mengajak seluruh anggota G20 supaya mengambil aksi kolektif—menurunkan tarif, menyingkirkan rintangan, dan memfasilitasi perdagangan yang bebas hambatan," ujar Xi di ajang "G20 Extraordinary Virtual Leaders' Summit on COVID-19". "Secara bersama-sama, kita dapat menunjukkan sinyal yang baik dan mengembalikan optimisme tentang pemulihan ekonomi global." 

Sewaktu berpidato di ajang "G20 Riyadh Summit" pada November lalu, Xi mengimbau upaya bersama dari negara-negara besar guna mempromosikan pembangunan yang lebih inklusif dan meningkatkan tata kelola global.

Menurut Xi, G20, berperan besar dalam pemberantasan Covid-19 di seluruh dunia, harus menjunjung multilateralisme, keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan, serta mengikuti tuntutan zaman.

"Kita harus terus mendukung negara-negara berkembang, dan membantu mereka untuk mengatasi masa-masa sulit yang ditimbulkan pandemi," kata Xi kepada para pemimpin G20.

Demi meringankan beban utang negara-negara miskin, Tiongkok telah sepenuhnya menerapkan "G20 Debt Service Suspension Initiative" (DSSI) dengan nilai total lebih dari US$ 1,3 miliar, catat Xi.

G20 meluncurkan DSSI pada April guna mengatasi kebutuhan likuiditas negara-negara berpendapatan menengah yang bersifat mendesak, serta menangguhkan pembayaran utang negara-negara termiskin dari 1 Mei hingga akhir 2020. Penangguhan pembayaran utang ini diperpanjang kembali selama enam bulan hingga 30 Juni 2021.

Tiongkok juga menetapkan target-target yang lebih ambisius demi mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan. Pada September, Xi mengumumkan, Tiongkok akan berupaya untuk mencapai emisi puncak CO2 sebelum 2030, dan mencapai netralitas karbon sebelum 2060.

"Covid-19 menyadarkan kita bahwa umat manusia harus menjalankan revolusi hijau, serta mempercepat pembangunan dan kehidupan yang ramah lingkungan," jelas Xi dalam sebuah pidato di sesi Debat Umum dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Ke-75.

Xi turut mengungkapkan target-target baru tersebut pada Desember lalu, tepatnya di ajang "Climate Ambition Summit" yang memeringati hari jadi kelima Kesepakatan Paris (Paris Agreement) tentang perubahan iklim.

Pada 2030, Tiongkok akan menurunkan emisi karbondioksida per unit PDB hingga lebih dari 65% jika dibandingkan dengan angka emisi pada 2005, serta meningkatkan bauran penggunaan bahan bakar nonfosil dalam konsumsi energi primer menjadi sekitar 25%. Lebih lagi, Tiongkok akan menambah volume stok hutan hingga enam miliar meter kubik jika dibandingkan angka pada 2005, dan menambah kapasitas terpasang total untuk pembangkit listrik tenaga bayu dan tenaga surya hingga lebih dari 1,2 miliar kilowatt. Demikian target-target Tiongkok yang disampaikan Xi.

Dunia telah mengalami berbagai perubahan besar akibat Covid-19. Tiongkok, sambil menangani tantangan di dalam negeri, mengemban tanggung jawab yang lebih banyak demi mewujudkan dunia yang lebih baik setelah krisis terjadi.

Artikel asli tersedia di tautan: ini.

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami