omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ja ko_KR ms_MY th_TH vi_VN

CGTN: Tiongkok mempertegas komitmen terhadap perubahan iklim, dan berkata bahwa sejumlah langkah tengah dijalankan

2021-04-25 10:17

BEIJING, 25 April 2021 /PRNewswire/ -- Tiongkok, negara berkembang yang terbesar di dunia, telah mempertegas bahwa beban puncak emisi CO2 dan netralitas karbon di negaranya akan tercapai sebelum 2060.

Tekad ini dipertegas oleh Presiden Xi Jinping di ajang "Leaders Summit on Climate" pada Kamis lalu. Acara ini menjadi pertemuan penting sebelum proses politik tentang perubahan iklim berlangsung pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa Ke-26 di Glasgow, Inggris Raya, pada November mendatang. 

"Tiongkok telah menjalin kerja sama dalam peradaban ekologi, memprioritaskan pembangunan "Belt and Road" secara kolektif, dan mempromosikan rangkaian inisiatif yang ramah lingkungan," kata Presiden Xi, sambil menggarisbawahi bahwa Tiongkok akan menggelar Konferensi Para Pihak Ke-15 untuk Konvensi tentang Keberagaman Hayati pada Oktober nanti.

Mengendalikan dan menekan konsumsi batubara

Di hadapan para pemimpin dunia yang menghadiri konferensi tersebut, Xi menyampaikan, aksi nyata telah dijalankan Tiongkok. "Tiongkok telah mengintegrasikan target-target tersebut dalam pembangunan peradaban ekologi, dan rencana aksi untuk mencapai beban puncak emisi karbon pada 2030 tengah ditempuh."

"Dalam Rencana Lima Tahun Ke-14 (2021-2025), kami akan mengendalikan pertumbuhan konsumsi batubara secara ketat, dan secara bertahap menekan tingkat konsumsi sepanjang Rencana Lima Tahun Ke-15," lanjut Xi.

Pembangkit listrik tenaga batubara merupakan sumber energi utama di Tiongkok. Untuk itu, Tiongkok bertekad untuk mengurangi porsi batubara dalam konsumsi energi total hingga di bawah 56% pada 2021. 

Rencana Lima Tahun Ke-14, sebuah garis besar kebijakan yang sangat berpengaruh besar dalam pembangunan ekonomi Tiongkok pada dekade mendatang dan seterusnya, mencantumkan, konsumsi energi per unit Produk Domestik Bruto (PDB) dan emisi karbondioksida per unit PDB masing-masing berkurang sebesar 13,5% dan 18% sepanjang periode tersebut.

Dalam Konferensi Ekonomi Pusat tahunan Tiongkok yang digelar pada akhir 2020, upaya mengurangi emisi karbon juga termasuk salah satu dari delapan tugas utama di Tiongkok pada 2021.

Di sisi lain, Xi juga berkata bahwa tugas-tugas ini bukanlah pekerjaan mudah. "Komitmen Tiongkok termasuk lebih cepat ketimbang negara-negara maju."

Komitmen karbon rendah, menurut perkiraan, mengharuskan Tiongkok untuk bertransisi dari pencapaian beban puncak emisi karbon hingga perwujudan netralitas karbon dalam tempo 30 tahun. Sebagai perbandingan, negara-negara maju membutuhkan waktu 60 tahun.

Xi menekankan, berbagai negara harus menepati janjinya untuk menanggulangi perubahan iklim.

KTT Copenhagen pada 2009 telah menentukan target untuk tingkat konsumsi energi nonfosil Tiongkok, yakni sebesar 15%, dan penurunan intensitas karbon berkisar 40-45% jika dibandingkan 2005. Sementara, statistik Tiongkok pada 2019 untuk masing-masing tolok ukur tersebut adalah 15,3% dan 48,1%. Artinya, Tiongkok telah mencapai dan melampaui target-target tersebut secara lebih dini ketimbang target yang telah ditetapkan.

Dibandingkan 2005, emisi gas rumah kaca per unit PDB di Tiongkok telah menurun 48% pada 2019, menurut Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup, lebih cepat dari komitmen Tiongkok untuk mencapai target 2020.

Kerja sama global berperan vital

Xi juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama global, serta mengimbau komunitas internasional untuk bekerja sama, alih-alih saling menuding; menepati janji, ketimbang mengingkarinya.

Presiden Xi juga mengingatkan pendekatan yang terpisah-pisah dan rehabilitasi dalam pelestarian lingkungan hidup. 

Menyambut kembalinya Amerika Serikat (AS) dalam tata kelola multilateral tentang perubahan iklim, Xi berkata bahwa Tiongkok ingin bekerja sama dengan masyarakat internasional, termasuk AS, untuk meningkatkan tata kelola iklim dunia.

Negara-negara maju harus mengambil langkah nyata untuk membantu negara-negara berkembang dalam penanganan perubahan iklim, menurut Xi, sambil menegaskan prinsip kolektif, namun tanggung jawab yang berbeda-beda dalam prosesnya.

Xi telah berkali-kali menggarisbawahi pentingnya upaya menjunjung multilateralisme, persatuan, dan kerja sama dalam penanganan perubahan iklim.

Tiongkok dan negara-negara Eropa telah bermitra untuk mengatasi perubahan iklim setelah mantan Presiden AS Donald Trump memungkiri Kesepakatan Paris.

https://news.cgtn.com/news/2021-04-22/President-Xi-attends-Leaders-Summit-on-Climate-via-video-link-ZFKPiQ9yCc/index.html

Tautan terkait:
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami