omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ms_MY vi_VN

CGTN: Teknologi, politik, dan ambisi: Kisah Meng Wanzhou dari Huawei yang terseret dalam perseteruan Tiongkok dan AS

2021-09-27 19:58

Pembebasan Meng Wanzhou menunjukkan upaya Washington mencegah persaingan sengit dengan Beijing berubah menjadi konflik, namun aksi tersebut masih belum dapat memperbaiki ketegangan bilateral.

BEIJING27 September 2021 /PRNewswire/ -- "Akhirnya, saya pulang ke rumah," ujar Chief Financial Officer, Huawei, Meng Wanzhou, ketika mendarat di Bandara Shenzhen pada Sabtu malam.

Setelah tiga tahun menjadi tahanan rumah di Kanada, Meng dan tim hukumnya mencapai kesepakatan dengan Kejaksaan Agung Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu sehingga dia dapat kembali ke Tiongkok. Momen ini mengakhiri pertikaian hukum dan politik yang berlarut-larut di tengah memanasnya hubungan Beijing dan Washington.

Setelah kesepakatan tercapai, Meng berangkat dengan pesawat sewaan milik Air China menuju kota Shenzhen, Tiongkok Selatan, lokasi kantor pusat Huawei.

Meng, 49, tidak mengaku bersalah atas tudingan penipuan. Dalam kesepakatan tersebut, Meng tidak akan menghadapi tuntutan hukum lagi di AS, dan proses ekstradisi di Kanada akan diakhiri. Hal ini disampaikan William Taylor III, salah satu pengacara yang membela Meng.

"Fakta-fakta telah membuktikan, kasus ini merupakan persekusi politik terhadap seorang warga Tiongkok, dan ingin menekan perusahaan teknologi asal Tiongkok," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying pada Sabtu lalu.

Apa yang terjadi tiga tahun lalu?

Pada 1 Desember 2018, pihak berwajib Kanada menahan Meng atas permintaan pemerintah AS. Pemerintah AS menuding Meng melakukan tindak penipuan lewat media komunikasi internet (wire fraud) dan ingin mengekstradisinya. Insiden ini terjadi ketika rezim pemerintahan Trump mengambil pendekatan agresif terhadap Tiongkok dalam beragam isu, termasuk perdagangan dan teknologi.

Empat bulan sebelum Meng ditahan, pemerintah AS mulai menekan sejumlah perusahaan teknologi Tiongkok dengan melarang penggunaan produk Huawei dan ZTE oleh pemerintah federal atas dasar isu keamanan. Kedua perusahaan ini adalah vendor peralatan telekomunikasi terkemuka asal Tiongkok. Pada tahun berikutnya, Huawei tercantum dalam Daftar Hitam yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan AS. Dengan demikian, seluruh perusahaan AS dilarang berbisnis dengan perusahaan raksasa teknologi asal Tiongkok tersebut.

Mengapa Meng kini dibebaskan AS?

Selama tiga tahun terakhir, insiden penahanan Meng telah menjadi isu yang merusak hubungan Beijing dan Washington. Ketegangan yang telah terjadi bertahun-tahun bahkan menimbulkan banyak ketidakpastian.

Menurut Guo Changlin, seorang mantan diplomat senior yang sempat bekerja di Kedutaan Besar Tiongkok di AS, pembebasan Meng dilatarbelakangi dua faktor.

"Presiden AS Joe Biden ingin bertemu secara langsung dengan rekannya di Tiongkok, Xi Jinping, di KTT G20 mendatang. [Apalagi] Justin Trudeau telah terpilih kembali sebagai Perdana Menteri Kanada [dengan kemenangan tipis], dan ingin secepatnya menyelesaikan kasus Meng, terutama setelah berkembang menjadi isu berkepanjangan yang menimbulkan pertikaian antara Tiongkok dan Kanada," jelas Guo kepada CGTN lewat wawancara telepon.

Terlepas dari kebijakan agresif Washington terhadap Tiongkok, Biden sendiri membina hubungan baik dengan Xi saat keduanya masih menjabat wakil presiden. Biden telah berkunjung ke Tiongkok sebanyak empat kali, dan keduanya bertemu secara langsung sebanyak 11 kali. Hal ini disampaikan Li Cheng, Direktur, John L. Thornton China Center, Brookings Institution.

"Setelah saya bertemu dengan dia [Xi], dan menempuh perjalanan sejauh 17.000 mil bersama dia…—saya sangat mengenali sosoknya," ujar Biden dalam sebuah pertemuan publik pada Februari lalu.

"Mereka memang memiliki kedekatan personal, namun kita masih menunggu upaya Biden memerangi sentimen anti-Tiongkok," kata Guo.

Li meyakini bahwa Biden harus bersikap lebih tegas, terutama sejak basis pemilih di AS semakin mendukung sikap anti-Tiongkok. "Dia bukan sosok yang gemar berkonfrontasi," lanjutnya.

Apa makna pembebasan Meng dalam hubungan Tiongkok-AS?

Pembebasan Meng menunjukan upaya Washington mencegah persaingan sengit dengan Tiongkok menjadi tak terkendali. Namun, upaya ini belum dapat memperbaiki ketegangan bilateral, menurut Guo. Tuntutan hukum atas Huawei belum dicabut, dan perusahaan raksasa teknologi ini masih tercantum dalam daftar hitam AS.

Perang teknologi tengah berlangsung. AS memprakarsai revolusi industri ketiga dan telah menguasai pasar selama berpuluh-puluh tahun. Meski demikian, menjelang abad ke-21, Tiongkok dan AS bersaing sengit dalam revolusi industri keempat yang didominasi cip dan algoritma.

Gedung Putih bahkan menilai Tiongkok "sebagai satu-satunya pesaing yang mampu menggabungkan kekuatan ekonomi, diplomasi, militer, dan teknologi". Hal ini tercantum dalam Arah Strategis Keamanan Nasional AS.

"Era kerja sama berakhir pada 2010 saat Tiongkok menjadi perekonomian terbesar kedua di dunia," ujar Guo. Ketika PDB Tiongkok telah mengungguli AS sebesar 60% pada 2014, pertikaian terus memanas, dan sejumlah kebijakan isolasi diterapkan di bidang-bidang seperti perdagangan hingga hak asasi manusia selama bertahun-tahun.

Upaya Washington menghambat Beijing di sektor teknologi diawali perang dagang yang dilancarkan Donald Trump, dan terus berlanjut hingga saat ini. Perseteruan teknologi semakin sulit dihindari.

Artikel asli tersedia di tautan INI.

https://news.cgtn.com/news/2021-09-25/How-Meng-Wanzhou-stepped-into-a-perfect-storm-between-China-and-U-S--13QK0CBqAYE/index.html )

Tautan terkait:
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami