omniture
from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_header_shtml
PR Newswire: news distribution, targeting and monitoring
en_US id_ID ko_KR ms_MY vi_VN

CGTN: Tiongkok lanjutkan transisi hijau menuju puncak beban karbon dan netralitas karbon

2022-10-24 17:32

BEIJING, 24 Oktober 2022 /PRNewswire/ -- Tiongkok akan giat menerapkan kebijakan guna mencapai target emisi karbon puncak pada 2030 dan netralitas karbon pada 2060. Hal ini disampaikan Wakil Menteri Ekologi dan Lingkungan Hidup Tiongkok, Jumat lalu.

Tiongkok mengumumkan tekadnya di Majelis Umum PBB pada 2020.

"Perubahan iklim merupakan tantangan global yang besar, serta kepentingan bersama komunitas internasional. Sekretaris Jenderal Xi Jinping berkali-kali menekankan bahwa penanganan perubahan iklim bukanlah hal yang dituntut pihak lain, namun sesuatu yang ingin dilakukan bersama," ujar Zhai dalam acara jumpa pers di sela-sela Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok (CPC) Ke-20.

"Sebagai negara berkembang terbesar di dunia, Tiongkok akan membuat penurunan intensitas karbon yang terbesar di dunia, serta beralih dari puncak karbon menuju netralitas karbon dalam waktu tersingkat dalam sejarah. Langkah tersebut sangat mencerminkan tanggung jawab Tiongkok sebagai negara besar," catat Zhai.

Demi mencapainya, Tiongkok akan mempercepat transisi rendah karbon di wilayah utama, serta aktif merealisasikan sinergi dalam penurunan polusi dan karbon, menurut Zhai.

Tiongkok juga akan meningkatkan pasar karbon nasional lewat cara-cara yang kondusif dan tertib, mempercepat riset, peningkatan, dan aplikasi teknologi rendah karbon, serta mempromosikan kegiatan produksi rendah karbon dan gaya hidup ramah lingkungan, seperti dijelaskan Zhai.

Perkembangan signifikan dalam transisi hijau

Tiongkok berhasil membuat perkembangan signifikan dalam transisi rendah karbon.

Pada dekade lalu, Tiongkok menjaga laju pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,6%, sedangkan, tingkat pertumbuhan konsumsi energi tahunan hanya tercatat 3%, menurut Zhai.

Pada 2020, intensitas emisi karbon Tiongkok berkurang sebesar 48,4% dari angka pada 2005, atau melampaui target yang diumumkan Tiongkok kepada komunitas internasional, seperti dipaparkan Zhai.

Pada 2021, emisi karbondioksida per unit PDB menurun 34,4% dari 2012.

Dalam tahun yang sama, porsi penggunaan batu bara dalam bauran energi utama turun menjadi 56% dari 68,5% pada 2012, serta 72,4% pada 2005. Sementara, porsi energi nonfosil dalam konsumsi energi total mencapai 16,6%.

Pada 2021, kapasitas terpasang energi terbarukan di Tiongkok melampaui 1 miliar kilowatt, bahkan kapasitas pembangkit listrik tenaga bayu, surya, air, dan biomassa di Tiongkok berada di peringkat pertama di dunia.

Tiongkok juga mengalami penambahan sumber daya kehutanan terbesar, serta wilayah aforestasi terbesar di dunia. Pencapaian ini pun berada di posisi terdepan dalam upaya penghijauan global, menurut Zhai.

Tiongkok berkontribusi 25% terhadap kenaikan netto luas daun (leaf area) di tingkat dunia, dan hanya memiliki 6,6% area vegetasi, menurut riset Boston University yang memantau satelit NASA dari 2000-2017. Riset ini diterbitkan Nature Sustainability pada 2019.

Lebih lagi, Tiongkok melansir pasar karbon terbesar di dunia dari sisi emisi gas rumah kaca yang dijangkau. Maka, pasar karbon ini secara efektif berperan sebagai mekanisme pasar dalam pengendalian emisi gas rumah kaca dan mempromosikan transisi rendah karbon.

Aktif berkontribusi terhadap tata kelola iklim global

Tiongkok juga aktif berkontribusi terhadap tata kelola iklim global, menurut Zhai.

Tiongkok menjunjung multilateralisme dan prinsip bersama, namun juga perbedaan tanggung jawab dan kemampuan setiap pihak, seperti disampaikan Zhai. Dia juga menambahkan, Tiongkok telah menggencarkan penandatanganan, pemberlakuan, serta implementasi Kesepakatan Paris.

Tiongkok berperan aktif dalam kerja sama Selatan-Selatan tentang perubahan iklim. Tiongkok juga bekerja sebaik-baiknya dalam membantu negara berkembang lain, khususnya negara kepulauan kecil, negara Afrika, serta negara yang kurang berkembang. Tujuannya, meningkatkan kemampuan negara-negara ini dalam merespons iklim agar mengurangi dampak negatif perubahan iklim, menurut Zhai.

Di samping itu, perkembangan positif juga terwujud dalam mempromosikan pembangunan hijau Belt and Road Initiative (BRI), seperti dijelaskan Zhai. Digagas Tiongkok pada 2013, BRI ingin mewujudkan jaringan perdagangan dan infrastruktur yang menghubungkan Asia dengan Eropa dan Afrika pada rute perdagangan kuno, Jalur Sutra.

Tiongkok juga menggagas koalisi internasional untuk pembangunan hijau Belt and Road pada 2019. Koalisi ini memperkuat dialog tentang kebijakan dan riset bersama, serta mendukung Agenda PBB 2030 tentang Pembangunan Berkelanjutan, menurut Zhai.

Koalisi tersebut kini memiliki lebih dari 150 mitra di lebih dari 40 negara.

Berbagai langkah juga ditempuh demi meningkatkan inovasi dan pertukaran teknologi ramah lingkungan, serta membina SDM dalam pengelolaan lingkungan hidup.

"Kami telah melatih sekitar 3.000 petugas pengelola lingkungan hidup, pakar dan akademisi di lebih dari 120 negara, membangun konsensus dan sinergi pembangunan hijau," kata Zhai.

Ke depan, Tiongkok akan bekerja sama dengan seluruh pihak dan aktif berpartisipasi dalam tata kelola global untuk perubahan iklim. Tiongkok pun akan mempromosikan sistem tata kelola iklim global yang adil dan rasional demi mencapai hasil yang saling menguntungkan, terus mempererat kerja sama Selatan-Selatan dalam perubahan iklim, serta menyumbangkan kekuatan, kearifan, serta solusi Tiongkok dalam respons perubahan iklim, menurut Zhai.

https://news.cgtn.com/news/2022-10-21/China-to-continue-green-transition-toward-carbon-peak-and-neutrality-1ejn24Q034Y/index.html

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_releases_right_column_video_module_shtml

Berita Video Terpilih

from common-pcom:html:key:id_segment_includes_overall_segment_footer_shtml
Pencarian
  1. Produk & Layanan
  2. Cari Rilis Berita
  3. Pusat Informasi
  4. bagi Jurnalis & Media
  5. Hubungi Kami